Tuesday, 17 April 2012

Pagi Hari 17 April 2012


Alur waktu berasa tak berarti, meluncur lepas tak terkendali. Entah sejak kapan juga aku lupa akan hari dan malam, dan kini terus berjalan dalam keheningan reruntuhan pekerjaan yang tak kunjung terselesaikan. Ada sisi jenuh mengaduk-aduk hingga aku merasa yakin bahwa aku ingin menaiki gunung lagi. Mungkin, tak ingin menaklukan hal-hal yang besar, cukup suatu hal yang sederhana seperti Gunung Ungaran yang tak begitu jauh dari Yogyakarta.

Katanya sih, gunung ini bisa didaki dengan waktu sekitar 5 jam dan pemandangan diatas cukup bagus untuk dikenang dan diceritakan kepada anakku kelak.

Aku kira aku mendaki lagi dekat-dekat ini. Persiapan? “If we plan we won’t loss” kata kawanku. Selalu saja berdebat ketika akan naik gunung dengan dia (eko). Selalu saja ribet hingga diskusi selalu berakhir dramatis dengan klimaks menggebu-gebu atas gesekan argumentasi dan ego. Tetapi kali ini aku hanya ingin hal yang sederhana. Persetan walau kau bilang aku ini nekat!

Beberapa batang rokok, secangkir teh, buku dan kamera, mungkin juga kamu (*****), jika bisa ikut. Naik gunung bukanlah hang out di mall, aku harap kau mampu melakukannya.

Melihat kebelakang sejenak akan tugas kuliah yang belum nyata betul dan proyek yang terseok-seok akibat menjadi prioritas kesekian. Aku harap mereka bersabar, atas dalihku untuk menikmati hidup mudaku. Kalian adalah kewajiban yang lantas aku tuntaskan sebelum bersiap berbaris menunggu masa redup.

Pagi ini,
Secangkir Teh Dilmah, alunan musik scorpion, dan nasi goreng. Sebentar lagi aku akan pergi ke kampus walau sebenarnya aku sangat malas dang sungkan. Kampusku benar-benar tak nyaman lagi. Mau masuk kampus harus membayar, semua hal juga bayar-bayar dan bayar. Tekanan psikologi membabi buta bagi pengangguran sepertiku.

Well, lebih baik aku bergegas. Aku baru saja membeli buku “Ten deadly marketing sins” oleh Philip Kotler. Aku akan menyelesaikannya segera.   

No comments:

Post a Comment