Monday, 11 March 2013

Malam itu



Aku tak berlari sendirian lagi. Serigala menemukan kawan untuk berburu. Berburu kehidupan.

Aku baru saja selesai berdiskusi dengan kawan-kawanku, membicarakan satu hal yang fundamental bagi organisasi yang aku ikuti saat ini, pelik sekali kelihatannya. Padahal menurutku, semua bisa diselesaikan dengan lapang dada, asal semua mau sama rendah (setara).

Jam tanganku menunjukkan pukul 12 malam, aku buru-buru menuju kamarku. Agenda besok menanti dengan rentetannya yang panjang. Ku buka pintu kamar, dia berbaring sambil membaca majalah. Hingga saat ini aku belum sepenuhnya sadar, entah nyata atau mimpi. Dia benar-benar ada di kehidupanku saat ini. Aku masuk dan berbaring di sampingnya. Kecupan manis melayang satu-satu tepat di bibir dan pipi sampingnya.
Kami mematikan lampu dan berbaring setara. Dia memegang tanganku sambil mendekap bantal yang ia peluk. Seketika kurasakan hangat menjalar bersatu di kepalan kami. Seperti ada aliran listrik yang mengalir dan di ujung tangan. Aku menoleh dan memeluknya. 

“Gimana rapatnya?” Tanyanya.
“Masalah elit, aku kasihan bagi mereka yang tak tahu apa-apa dan nantinya akan terperangkap dalamnya.” Jawabku risau.
“Sudahlah, saatnya tidur.” Dia mengelus-elus kepalaku.
“Eh mas, apakah ada hal yang membuatmu tak nyaman dengannku?”
“Kenapa bertanya seperti itu?” Tanyanya heran.
“Karena aku ingin tahu saja. I will open my mind. Apa yang kita bicarakan, tidak akan keluar dari ranjang ini. Selesai disini. Just wanna open with you.”
“Hmmm….” Seolah dia tak yakin.
Aku meraba wajahnya, mencoba untuk mentiadakan ketakutannya.
“Jadi apa?” Tanyaku lagi.
“Aku itu planned person, sedangkan kamu kan cenderung spontanous person.”
“Lha itu kan karakter kita mas, maksudku hal-hal yang membuatmu tidak nyaman. Misalnya aku ni nggak sensitif.”
“Hmm…ya seperti yang kamu bilang. Kamu nggak sensitif.”
“Terus?”
“Kamu tu pelupa, pikun karena udah tua.”
“Hahaha…” Aku tertawa lepas.

Entah kapan perbincangan kami usai malam itu. Malam begitu tenang waktu itu hinga suara alam terdengar jelas membisikkan kedamaian malam.

Pagi harinya aku tersadar, rangkulan tangan merangkul perutku, hangat. Dia masih disini…


No comments:

Post a Comment