Wednesday, 22 January 2014

Untuk Rikinaldo: Salah Riki



Empat bulan penjara plus denda dua ribu rupiah menjadi hasil akhir persidangan yang panjang penuh liku. Riki dinyatakan bersalah secara hukum karena telah melakukan pencurian. Dia memang bersalah, tapi apakah itu salah dia? 

Riki bersama kawannya Pletho tertangkap basah ketika sedang melakukan pencurian sepeda di daerah Tegalrejo. Sebenarnya Riki hanya menunggu atau berjaga di depan tempat kejadian. Dia sebenarnya bisa saja lari ketika Pletho tertangkap ketika sedang akan membawa sepeda curiannya. Dia seharusnya bisa lari seperti Iwan sang otak pencurian itu. Tetapi dia memilih diam dan pasrah ditangkap oleh warga karena dia melihat Pletho ditangkap oleh warga.

Riki memang bersalah karena mengiyakan ajakan Iwan untuk mencuri sepeda. Bocah 16 tahun yang penurut dan lugu itu memang bersalah karena dia kesulitan untuk mengatakan tidak! Memang benar dia adalah anak nakal karena tinggal di jalanan karena tak punya rumah. Rumahnya yang reot di Tegal tak mampu mencukupi kehidupannya dengan adeknya, sementara orang lain di sekitar tak peduli dengan mereka disana.

Riki memang bersalah karena memiliki seorang Ibu yang tak tahan dengan tuntutan hidup sehingga dia tidak bisa merawat Riki kecil dengan baik. Ibu itu juga tak mampu mencegah kakak Riki yang kalap, membuang Riki dan adeknya ke Malioboro, Jogja dan jadilah mereka sebatang kara.

Riki juga bersalah karena menjadi anak sebuah negara bernama Indonesia yang tak perhatian dengan Ibunya Riki. Riki juga salah karena hidup dimana orang sekitar tidak peduli dengan Ibunya yang penuh himpitan. 

Ah, Riki sudah terlanjur di Jogja dan besar di jalan. Karakter kehidupan keras di jalan sudah menjadi santapan sehari-harinya. Citranya terbentuk menjadi anak nakal walau saya banyak mendengar Riki ini adalah anak yang baik di mata orang-orang jalanan seperti tukang becak atau penjual pecel lele di Jalan Mangkubumi. 

Seandainya Riki punya rumah dia tidak perlu melihat dunia malam jalanan. Jika saja ada seseorang yang mampu melindungi dan membimbing Riki sehingga dia tidak perlu lagi ke jalan untuk menyambung nafas kehidupannya. Jika saja ada orang itu. Orang yang tulus tanpa embel-embel agama atau kepentingan politik. Lagi-lagi Riki bersalah karena tak memiliki itu semua.

Seandainya Riki bisa memilih negara dimana dia akan hidup. Dia tidak akan memiliki pemerintah yang sibuk berpolemik dan menari-nari jingkrak dalam panggung politik daripada memenuhi hak-hak Riki.

Aku merenung dan mencoba untuk mencari kesalahan-kesalahan Riki. Jangan-jangan apa yang aku tulis diatas bukanlah akar kesalahannya. Jangan-jangan sebenarnya Riki telah salah untuk memilih lahir dan hidup di dunia ini? 

Oh, sayang sekali dirinya. Sayang Riki.

1 comment:

  1. law enforcement dan social fact sering berlawanan. tidak akan menjadi alasan pemaaf atau pembenar, mungkin alasan meringankan bisa menjadi pertimbangan hakim. selama asas legalitas di Indonesia masih dipegang, sejauh itu memenuhi unsur undang-undang dia akan tetap dinyatakan bersalah. tidak akan melihat kondisi sosial ekonomi subjek hukumnya. (itu seharusnya law enforcement)

    ReplyDelete