Materi mengenai
analisis sosial sepertinya tidak pernah using dipakai oleh
organisasi-organisasi mahasiswa. Teori yang dipakai pun berkembang dan
bermacam-macam. Pada awalnya penulis mengalami kesulitan untuk mengkaji materi
tersebut. Namun setelah berbincang dengan kawan dan membaca beberapa kajian
literati, terangkumlah beberapa materi sebagai berikut:
Sebuah Tinjauan Epistemologi
Analisis adalah
upaya untuk menguraikan suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan (KBBI).
Jika dikaitkan
dengan sosial maka analisis menjadi sebuah upaya menguraikan berbagai “sosial”
itu sendiri. Menurut Paul Ernest sosial lebih dari sekedar jumlah manusia
secara individu karena mereka terlibat dalam berbagai kegiatan bersama. Atau
dengan kata lain kemasyarakatan.
Menurut Holland,
Joe & Henriot, Peter (Analisis Sosial dan Refleksi teologis, 1986),
mendefinisikan analisis sosial sebagai; ”usaha memperoleh gambaran yang lebih
lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan
historis dan strukturalnya”
Tentang Analisis Sosial
Berbicara
mengenai analisis sosial, pertanyaan menganai “apa itu analisis sosial”
dijelaskan dengan pendekatan epistemologi seperti yang diuraikan diatas. Lalu
pertanyaan berikutnya muncul yaitu “mengapa kita melakukan analisis sosial?”. Tommy
Apriando mengatakan bahwa analisis sosial berupaya menempatkan suatu masalah tertentu
dalam konteks realitas sosial yang lebih luas yang mencakup konsep waktu
(sejarah), konteks struktur (ekonomi, sosial, politik, budaya, konteks nilai,
dan konteks tingkat atau arah lokasi, yang dalam prosesnya analisis sosial
merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai
hubungan-hubungan struktural, kultural dan historis, dari situasi sosial yang
diamati.
Kenapa
hal itu penting?
Merupakan alat
yang memungkinkan kita menangkap realitas sosial yang kita gumuli. Analisis
sosial membantu untuk memahami dan mengidentifikasi: Manakah permasalahan kunci
dalam suatu masyarakat. Manakah kelompok dalam masyarakat yang mempunyai akses
pada sumber-sumber daya. Kaitan berbagai sistem dalam masyarakat.
Potensi-potensi yang ada dalam masyarakat. Tindakan-tindakan yang mengubah
situasi dan yang memperkuat situasi. (Cahyo Suryanto)
Dalam memahami
permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar, kita menggunakan panca indera
untuk menelisik gejala-gejala sosial yang terjadi. Namun sayangnya kadang kita
tidak bisa bersikap obyektif dalam melihat suatu permasalahan. Analisis sosial
sebagai sebuah metode memungkinkan kita untuk melihat suatu masalah secara
obyektif.
Kesalahan Berpikir (Intelectual cul-de-sac)
- Fallacy of Dramatic Instance
Kecenderungan orang untuk melakukan over generalization. Penggunaan satu-dua kasus untuk mendukung argument yang bersifat umum.
- Fallacy of Retrospective Determinism
Masalah
sosial yang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada.
- Post Hoc Ergo Propter Hoc
Apabila
ada peristiwa yang terjadi secara berurutan, maka kita menyatakan bahwa
kejadian pertama menjadi sebab kejadian kedua.
- Fallacy of Misplaced Concretness
Mengkonkretkan
sesuatu yang pada hakikatnya abstrak
- Argumentum ad Verecundiam
Berargumen
dengan menggunakan otoritas
- Fallacy of Composition
Dugaan
bahwa satu berhasil maka berhasil untuk semuanya.
- Circular Reasoning
Pemikiran
yang berputar-putar, menggunakan konklusi untuk mendukung asumsi yang digunakan
lagi untuk menuju konklusi semula.
Ada berbagai
metode yang bisa dipilih untuk mengkaji suatu permasalahan yaitu metode SWOT, metode Ikan, dan metode Buzan (Peta Pemikiran).
Dalam tulisan ini penulis hanya akan memfokuskan pada satu metode saja yang
sangat popular digunakan yaitu metode SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,
Threat).
Ada beberapa
langkah dalam melakukan analisis yang bisa kita lakukan, yaitu:
1.
Membangun perumusan masalah, yang menjadi pusat
perhatian
2.
Membangun konsep-teoritis atas konteks realitas.
3.
Mengenali struktur-struktur kunci yang
mempengaruhi situasi yang ada
4.
Menyusun pertanyaan-pertanyaan untuk membangun
sebuah konteks
5.
Menghimpun fakta-fakta, data-data yang
berkorelasi dan melatarbelakangi
6.
Menyusun model-model, mengkaji-menguji
relevansinya.
7.
Menguji beberapa jawaban pada korelasi dan
keabsahan.
8.
Menggali masalah lain yang muncul.
Rekayasa Sosial (Social Enginering)
Setelah kita
melakukan analisis sosial kita akan memperoleh berbagai masalah yang terjadi
dilingkungan kita. Rekayasa Sosial (Social Enginering) bisa dikatakan adalah
tahap selanjutnya dari analisis sosial karena dalam tahap ini kita berupaya
untuk mendesain berbagai program untuk mengelola atau mengatasi suatu masalah
yang timbul.
Perubahan yang
terjadi adalah perubahan yang direncanakan atas hasil desain program yang kita
buat dari analisis sosial yang kita lakukan. Ada beberapa teori mengenai
perubahan sosial.
a.
Ideas
Menurut
Max Weber, penyebab utama adalah ideas.
b.
Great People
Thomas
Carlyle, perubahan sosial terjadi atas kelahiran-kelahiran manusia besar di
zamannya yang dapat menarik simpati dari massa.
c.
Social Movement
Perubahan
terjadi karena pergerakan massa yang menuntut terjadinya perubahan.
Lalu
bagaimana mendesain perubahan?
Ketika kita mendesain suatu program kita
harus berpikir terlebih dahulu mengenai unsur-unsur aksi sosial. Philip Kotler
menggambarkan unsur-unsur dan aksis sosial dalam 5 S
a.
Sebab
Upaya
atau tujuan sosial yang dapat dipercayai oleh pelaku perubahan, dapat
memberikan jawabanpada problem sosial
b.
Sang pelaku perubahan (Change of agency)
Organisasi
yang misi utamanya memajukan sebab sosial
c.
Sasaran Perubahan (Change target)
Individu,
kelompok atau lembaga yang ditunjuk sebagai sasaran upaya perubahan
d.
Saluran (channel)
Media
untuk menyampaikan pengaruh dan respon dari setiap pelaku perubahan ke sasaran
perubahan.
e.
Strategi perubahan
Teknik
utama yang diterapkan oleh pelaku perubahan untuk menimbulkan dampak pada
sasaran perubahan.
What is to be done?
“Beri kami
sebuah organisasi revolusioner, maka akan kami balikkan Rusia!” (Lenin)
Ketika kita
berbicara mengenai apa yang harus dilakukan maka kita juga harus berpikir dari
mana kita bisa memulai perubahan. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh lenin “where
is to be done”, ia menyatakan bahwa
1.
Tak ada gerakan yang dapat bertahan lama tanpa
suatu organisasi pemimpin yang stabil yang pengelolaannya berkelanjutan?
2.
Semakin besar massa, yang secara spontan akan
terjun ke dalam perjuangan hal terpenting ialah perlunya sebuah organisasi yang
kuat?
3.
Organisasi harus mengutamakan orang-orang yang
terlibat secara professional?
Dari ketiga poin diatas, setiap poin
menekankan profesinalitas. Penulis sepakat dengan apa yang dikatakan oleh
Lenin. Bagaimanapun juga perubahan harus dimulai dari diri sendiri
(organisasi). Disiplin yang tinggi menjadi suatu keharusan agar perubahan yang
kita rencanakan bisa tercapai.