Belum seminggu pertengkaran kami
usai, aku tak akan pernah lupa kejadian itu dimana air mataku mengalir
dihadapannya. Entah apa yang membuatnya istimewa sehingga aku tak mau rela
hidup tanpanya. Aku tahu dia jalang, toh aku juga sama. Dia memang pintar dan
aneh, entah dari mana ia tahu apa yang aku lakukan selama ini. Semua berjalan
dalam misteri, seperti masa depan itu sendiri.
***
Seperti
biasa aku terbangun sekitar pukul 4 pagi, seolah ada alarm otomatis didalam
tubuhku. Dia sedang tertidur pulas disampingku. Dia masih muda, tetapi tidurnya
8 jam. Dasar pemalas!
Aku
ingin memejamkan mata sejenak tetapi tak bisa juga kembali tidur. Aku ambil
celana yang terkelepar di lantai, lalu bangkit menuju ruang kerja. Screen
monitor membuat mataku silau, setelah operasi mata yang aku lakukan. Mataku
jadi sangat sensitif dengan cahaya. Aku lihat skype yang 24 jam nyala tiap
harinya. Disana temanku sudah aktif dan menungguku bekerja. Perbedaan waktu
Indonesia dan Australia membuatku terbiasa bangun pagi untuk menyesuaikan waktu
kerja mereka.
Kami
berbicara panjang lebar mengenai proyek bisnis yang tak kunjung jelas. Aku
mencoba meyakinkan mereka betapa jauh kami bergerak dan mengorbankan resource
yang ada. Proyek ini tidak boleh dihentikan. Tapi aku tak mau bekerja sendiri,
waktuku sudah terbuang banyak untuk hal ini dan mereka turut bertanggungjawab atas
kerjaku dan pengorbananku.
Perutku
mulai lapar, lalu aku tengok jam yang ada di monitorku. Sudah lebih dari dua
jam aku bekerja dan berdiskusi dengan rekan bisnisku. Aku rasa aku harus pergi
mencari sarapan. Tiba-tiba kekasihku berjalan dengan mukanya yang sedikit
kusut. Ia menyapaku dengan hangat walau seolah tak ikhlas, “Good morning honey!
How’s your sleep?” Aku menjawab “Quite good as usual, wake up at 4 am and work”.
Lalu
dia berjalan kedapur entah mengambil minuman atau makanan karena lapar. Aku
segera menyusul dia untuk mengambil sarapan, sisa makanan yang tak habis aku
makan kemarin.
Aku
kembali bekerja dengan piring sarapanku dan satu gelas besar jus jeruk. Dia
duduk di ruang tengah dan mulai memainkan musiknya yang aneh tak enak didengar
sama sekali. Kadang aku berpikir, kenapa aku harus berpura-pura menyukai selera
musiknya. Bagiku musiknya dalah “crap!”.
Tak
lama dia membuka laptop asusnya, aku mendapati dirinya online di Facebook. Aku
kira dia sedang menulis skripsinya yang tak kunjung usai itu. Aku benar-benar
khawatir dengan nasib studinya. Padahal dia sudah menghabiskan waktu 5 tahun
untuk kuliah.
Seperti
biasa dia pergi keluar rumah sekitar jam 8 pagi. Entah kemana perginya katanya
pergi ke kampus. Tapi tak mungkin ia menghabiskan waktu seharian di kampus.
Mungkin ia asik bermain-main dengan kawannya dan sekali lagi ia mengacuhkanku.
Apakah aku bukan seorang teman yang baik? Tanyaku dalam batin.
Hari-hari
berlalu, tak ada yang berubah setelah pertengkaran itu. Ia tetap saja mengacuhkanku,
ia pergi pagi hari pulang malam harinya. Seolah aku hanyalah teman tidurnya
saja.
***
Pukul
7 malam aku sudah tak sabar menunggunya. Hampir saja aku mematikan lampu dan
berniat mengunci pintu sebelum aku mendengar suara motornya. Ah, hampir saja
keluhku. Aku berada di dalam kamar sembari membuka laptop dan membaca Jakarta globe di internet.
Dia
membuka pintu kamar perlahan. Aku menjaga kepalaku tertunduk hingga ia
menyapaku. “Hi honey, how are you?” , “I am good thanks, how was your day HG”
aku menimpali. Percakapan singkat pun dimulai. Ia lalu lalang menyibukkan diri
mengambil minum dan mandi. Percakapan kami lakukan hingga pukul 9 malam sebelum
aku mematikan lampu kamar. Setelah itu aku melompat ketubuhnya dan membuat ia
terengah-engah.
“I
love you honey” kami akhiri percintaan dengan peluh yang menyatu baur di tubuh
kami. Aku memandikan dia sebagai rasa hormat dan sayangku lalu aku antarkan dia
untuk tidur. Aku baringkan tubuhku miring menghadap sisi luar batas tempat
tidur. Tak lama dia sudah mendengkur, aku cukup berbangga atas apa yang aku
lakukan padanya. Aku tertawa dalam hati.
Pagi
harinya aku bangun sedikit siang kira-kira pukul 5 pagi. Aku bergegas menuju
ruang kerjaku dan mulai bekerja. Dia bangun pagi dan duduk-duduk di ruang
tengah dengan seduhan Teh Dilmah yang kami beli di Jakarta. Tak lama kemudian dia
terlihat sudah mandi dan bergegas ingin pergi meninggalkan rumah. “Honey, can
we go for dinner tonite. I feel want to go out tonite?” aku bertanya sebelum ia
berpamitan pergi, “Easy honey” timpalnya singkat.
Setelah
kepergiannya aku habiskan waktuku bekerja di depan komputer seperti biasa. Aku tak
bisa mengingat berapa lama aku duduk dan memandang layar monitor, tetapi aku
sudah merasa sangat lelah. Aku memutuskan untuk pergi ke tempat tidur dengan AC
yang aku set 27 C dan kipas angin yang menyala. Aku lebih nyaman bekerja di
dalam tempat tidur.
Waktu
berlalu dengan cepat, jam dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dia
masih saja belum pulang kerumah padahal ia sudah berjanji akan makan malam
bersamaku. Aku sudah tak mampu menahan emosiku. Hingga pukul 7.30 ia belum
pulang, baru sekitar pukul 8 dia pulang dengan terengah-engah. Ia membuka pintu
“Did you get dinner honey?, “nope” timpalku ketus. “Do you wanna go for dinner?
We still have time.” Dia mengajak. Tapi aku membalas acuh “I am tired, I wanna
sleep now”.
Aku
menyuruhnya untuk segera mematikan televisi. Kami berdua hanya diam saja
berbaring ditengah kegelapan malam. Tak lama kemudian ia beranjak dari tempat
tidurnya dan pergi meninggalkan kamar. Aku tak peduli.
***
Keesokan
harinya ia bangun dari kamar lain. Kami saling mengacuhkan sapa. Tak lama
kemudian ia pergi. “Pergilah saja!” kataku dalam hati.
Hari
ini tak banyak yang aku lakukan. Sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu
bersama dengannya. Tetapi ia sangat acuh denganku. Entahlah, aku membuang
angan-anganku itu. Sia-sia kataku dalam hati.
Aku
buka laptop yang ada di kamarku. Aku buka situs manjam, sebuah situs dating
online terbesar di Indonesia. Aku sedikit ragu membuka situs ini karena situs
ini menjadi biang masalah hubungan kami. Tapi aku tak tahan ingin membukanya. “He
will not know if I open it” gumamku sendiri. Aku log in ke situs tersebut.
is appropiate for u to told your true story?
ReplyDeletethats my story, i composed that. About true, thats created ones ;)
ReplyDeleteI am sure I know you a lot
ReplyDeleteof course you know me, everybody know me a lot. Asumption, prejudice, opinion, etc. It's like when we believe God, all about faith on belief. LOL
ReplyDeletehmmm...didin right?
ReplyDeletei still dont know you...
Nobody know me, i dont know people also
ReplyDelete