Dia kembali, untuk sesaat, mampir
saja dengan beribu pertanyaan untukku baginya. Aku tahu dia acuh dan menutupi. Tetapi
itulah dia, dia yang kembali lagi (lagi).
***
Handphoneku bergetar gelisah di
saku celana sebelah kiri, waktu itu aku dalam perjalanan menuju Jalan Kaliurang
km 7. Tidak biasanya aku membuka handphone ketika aku berkendara, entah kenapa
aku tiba-tiba membuka sms inbox. Aku cukup terkejut dengan pesan yang aku
terima, itu dari kawanku dari Bandung.
Pesannya singkat saja “Aku d Jogjakarta”.
Ada pertanyaan klise dan retoris
kenapa dia kembali ke Yogyakarta. Dia dulu memang kuliah di Yogyakarta, tetapi
akhirnya harus berpindah ke Bandung untuk menempuh studi yang lebih baik. Walau
ia pergi tentu saja kenangannya akan Jogja tak akan pernah ia lupa, aku yakin
itu.
Aku berpikir dua kali untuk
bertemu dengannya karena pemberitahuannya yang mendadak dan kegiatanku yang
cukup padat. Tetapi setelah beberapa
kali ber-smsan dengan dia, aku
memutuskan untuk bertemu dia sore harinya.
Dia tinggal di rumah kawan kami
di daerah Pogong Baru, jadi aku menghampirinya disana. Pintu besi besar dengan
lubang kotak di samping kiri tak berbeda sedikit pun dengan satu tahun lalu. Ia
seolah mengancam kedatanganku dengan kewaspadaanya. Aku menunggu beberapa saat
sebelu ia turun membukaan pintu. Tersirat wajahnya dari pintu yang terbuka
perlahan.
Itu memang benar dia. Dia
mengulum senyum, atau lebih tepatnya menahan senyum. Tak berkata sebelum aku
mulai menyapanya. “Hai hai bung, apa kabar?” kataku. Dulu ia tidak suka aku
panggil dengan kata “bung”, tetapi dia bungkam saja sekarang.
Sekilas ia tak berbeda jauh, ia
masih memiliki potongan rambut model british popnya serta jidatnya yang lebar
terbuka. Tetapi ia lebih rapid an bersih, mungkin ia sering pergi facial di Bandung gumamku. Aku juga
masih ingat, dulu ia tak terlalu ikonik dalam memilih pakaian. Tetapi sekarang
sedikit berbeda, terpampang tulisan yang cukup besar “Save Street Children”,
sebuah organiasi sosial yang ia geluti di Bandung. Aku tahu prestasinya luar
biasa, baru satu tahun bergabung dan sekarang dia menjadi General Affair. Tetapi aku tidak kaget dan biasa saja, aku sudah
membayangkan bahwa dia akan menjadi manusia besar kelak dan ia merajutnya
dengan cukup radikal sekarang.
“Naik keatas dulu, udah lama kan
ga kesini” katanya,
“Oke, fery diatas?”
“Dia lagi ngurus sesuatu di
kampus dan pulang bentar lagi”.
Setelah sekian lama akhirnya
bertemu kembali, di masa yang sebenarnya kami harapkan. Pertanyaan dan cerita
saling menyelingi arogan. Saya kira kami akan beradu argumen dan menjajakan
raihan-raihan kami. Entah apa yang berikutnya terjadi, mungkin naik gunung
kembali, sudden backpacking ke antah
berantah, atau hanya minum-minum dan berfantasi. Selalu ada kejutan atas
kehadirannya dan aku sedikit waspada. Aku sudah cukup tua dan serius untuk
menghadapinya. Selamat datang di Jogja, bung!
aku mohon, hapus postingan ini. thanks
ReplyDeletekenapa harus dihapus?
ReplyDelete