Wednesday, 23 May 2012

He is Back To The Town And He Wants To Play


Dia kembali, untuk sesaat, mampir saja dengan beribu pertanyaan untukku baginya. Aku tahu dia acuh dan menutupi. Tetapi itulah dia, dia yang kembali lagi (lagi).

***

Handphoneku bergetar gelisah di saku celana sebelah kiri, waktu itu aku dalam perjalanan menuju Jalan Kaliurang km 7. Tidak biasanya aku membuka handphone ketika aku berkendara, entah kenapa aku tiba-tiba membuka sms inbox. Aku cukup terkejut dengan pesan yang aku terima, itu dari kawanku  dari Bandung. Pesannya singkat saja “Aku d Jogjakarta”.

Ada pertanyaan klise dan retoris kenapa dia kembali ke Yogyakarta. Dia dulu memang kuliah di Yogyakarta, tetapi akhirnya harus berpindah ke Bandung untuk menempuh studi yang lebih baik. Walau ia pergi tentu saja kenangannya akan Jogja tak akan pernah ia lupa, aku yakin itu.

Aku berpikir dua kali untuk bertemu dengannya karena pemberitahuannya yang mendadak dan kegiatanku yang cukup padat.  Tetapi setelah beberapa kali ber-smsan dengan dia, aku memutuskan untuk bertemu dia sore harinya.

Dia tinggal di rumah kawan kami di daerah Pogong Baru, jadi aku menghampirinya disana. Pintu besi besar dengan lubang kotak di samping kiri tak berbeda sedikit pun dengan satu tahun lalu. Ia seolah mengancam kedatanganku dengan kewaspadaanya. Aku menunggu beberapa saat sebelu ia turun membukaan pintu. Tersirat wajahnya dari pintu yang terbuka perlahan.

Itu memang benar dia. Dia mengulum senyum, atau lebih tepatnya menahan senyum. Tak berkata sebelum aku mulai menyapanya. “Hai hai bung, apa kabar?” kataku. Dulu ia tidak suka aku panggil dengan kata “bung”, tetapi dia bungkam saja sekarang.

Sekilas ia tak berbeda jauh, ia masih memiliki potongan rambut model british popnya serta jidatnya yang lebar terbuka. Tetapi ia lebih rapid an bersih, mungkin ia sering pergi facial di Bandung gumamku. Aku juga masih ingat, dulu ia tak terlalu ikonik dalam memilih pakaian. Tetapi sekarang sedikit berbeda, terpampang tulisan yang cukup besar “Save Street Children”, sebuah organiasi sosial yang ia geluti di Bandung. Aku tahu prestasinya luar biasa, baru satu tahun bergabung dan sekarang dia menjadi General Affair. Tetapi aku tidak kaget dan biasa saja, aku sudah membayangkan bahwa dia akan menjadi manusia besar kelak dan ia merajutnya dengan cukup radikal sekarang.

“Naik keatas dulu, udah lama kan ga kesini” katanya,
“Oke, fery diatas?”
“Dia lagi ngurus sesuatu di kampus dan pulang bentar lagi”.  

Setelah sekian lama akhirnya bertemu kembali, di masa yang sebenarnya kami harapkan. Pertanyaan dan cerita saling menyelingi arogan. Saya kira kami akan beradu argumen dan menjajakan raihan-raihan kami. Entah apa yang berikutnya terjadi, mungkin naik gunung kembali, sudden backpacking ke antah berantah, atau hanya minum-minum dan berfantasi. Selalu ada kejutan atas kehadirannya dan aku sedikit waspada. Aku sudah cukup tua dan serius untuk menghadapinya. Selamat datang di Jogja, bung!

2 comments: