Apa
yang lebih berbahaya antara malaikat yang nampak seperti setan, ataukah setan
yang terlihat seperti malaikat? Laki-laki itu dulunya tenang, tak terusik.
Hingga suatu hari ia menemukan sesuatu yang mambangkitkan setan di dalam
jiwanya. Siapa yang akan sangka. Laki-laki itu terlihat sangat baik dengan
kegiatan filantropisnya. Ia juga sangat menarik dengan pengalaman di atas
rata-rata orang seumurannya. Siapa saja mungkin bisa terjebak untuk terpikat
dengannya, apalagi mereka telah rela berbincang lebih dari satu jam secara
intens.
Laki-laki
itu sebenarnya telah mencari sebuah ketenangan dalam dunia asing yang tak
mengenal kedekatan. Ia menyendiri dalam sebuah luka dan ingatan dosa-dosa.
Sesuatu yang memenjaranya untuk melakukan dosa-dosa itu lagi. Sayang, Tuhan tak
rela ia menjadi orang baik. Suatu hari dia bertemu dengan seseorang yang
membuat setan itu pelan-pelan meniupi kupingnya. Membangkitkan masa lalu kelam
yang memenjarakannyanya selama ini.
Orang
yang ditemuinya hari itu adalah anak muda baik-baik. Atau bahkan dia sangat
lugu dengan ketidaktahuannya. Lalu semacam bisa dikatakan bodoh berkat rasa
keingintahuannya yang polo situ. Dia tidak pernah tahu dunia gelap dan kelam
semacam ini. Setan itu mampu melihat celah, lalu dengan dayanya ia mengontrol
mulut laki-laki dan berhasillah setan mengambil hati anak muda itu. Anak muda
yang baru saja merayakan fase dewasanya, percayalah dia akan suatu keselamatan keselamatan
di dalam dunia gelap dan kelam. Sesuatu kesempatan lebih jauh yang akan
membuatnya semakin terjerumus, menjadi tumbal setan yang terlelap sekian lama.
Suatu
hari mereka bertemu di sebuah mall cukup mewah mewah di Kota Jogja. Bagi anak
lugu itu, hal itu sangat jarang baginya. Setan itu selalu tahu kelemahan anak
itu, ia juga semakin pandai membuat anak itu terkagum-kagum padanya. Memang
itulah caranya setan menjadi lebih kuat. Ia melihat seorang anak tak berdaya,
seolah rela menjadi pesakitan (masokhis). Naluri itu membuat laki-laki itu haus,
rasa yang selama ini telah lenyap dan kembali lagi. Hanya dengan menatap anak
itu dia sudah tahu betapa nikmatnya. Apalagi ketika angin secara sengaja
mengirimkan bau keringat anak itu yang telah tercampur oleh pewangi kimia
murahan. Basa basi itu membuat laki-laki hampir memakannya mentah-mentah. Tapi
setan adalah seorang penasehat yang hebat. Hari itu mereka berakhir. Anak itu
pergi dengan sebuah keingintahuan. Laki-laki itu berpisah dengan hasrat yang
semakin menggelora. Seperti seorang serigala mempermainkan mangsanya. Dan itulah
yang setan inginkan sebenar-benarnya.
Hari-hari
berikutnya mereka bertemu kembali. Dengan kekuatannya, setan itu berhasil
menahan laki-laki itu untuk memangsa anak itu dan membiarkannya pergi begitu
saja. Tanpa sepengatahuan laki-laki, yang telah buta dengan hasratnya. Si anak
tak sengaja telah memupuk rasa yang selama ini tak pernah ia rasakan. Hatinya
telah jatuh pada sesuatu tanpa sebuah alasan lain kekaguman dan kepercayaan
akan penyelamat di dunia yang gelap dan kelam. Lalu anak muda itu akhirnya
mencari-cari dan menemukan sebuah definisi atas rasa yang ia alami. Itulah cinta.
Terpendam, membayang-bayang setiap saat. Membuat anak muda itu tahu rasa candu.
Tanpa
pernah setan duga, laki-laki itu sadar jalan yang sedang ia tempuh. Ia segera
berbalik menuju ruang kesendiriannya. Anak muda yang telah terjatuh, tak tahu
apa-apa. Dia hanya tahu laki-laki yang dikenalnya tidak pernah menghubunginya.
Ia terlalu sibuk dengan dirinya walau hanya untuk sekedar nonton film seperti
yang mereka lakukan dulu. Setelah cinta, anak muda itu akhirnya mengenal sebuah
rasa sakit. Bukan sakit seperti yang pernah ia derita. Ia tidak nampak. Tidak
terlihat. Namun rasanya begitu nyeri di ingatan, ngilu di relung hati. Dan anak
muda itu pun menyerah.
Setan
merasa tak berdaya. Berkali-kali ia membujuk
laki-laki itu tapi ia tak bergeming. Dia menikmati kesendiriannya di
dalam penjara. Tetapi setan bukanlah setan jika ia menyerah. Ia menggunakan
kekuatannya yang paling kuat. Kekuatan itu adalah menunggu.
Hari
yang ditunggu setan telah tiba. Laki-laki itu kembali membuka aplikasi kencan
dan ia menemukan kembali anak muda itu. Awalnya ia berpikir panjang untuk
membuka profile anak muda itu. Tapi ia terlanjur mencium hasratnya, bau yang
tak terhindarkan. Terkirimlah sebuah pesan dan dibalas dengan terbuka. Setan
girang bukan main. Kali ini ia tak lagi ingin berbasa-basi. Ia ingin laki-laki
itu menunjukkan wujudnya yang sebenarnya. Wujud dimana setan dan dirinya adalah
satu.
Tibalah
anak muda itu di rumah laki-laki. Ia sekali lagi terpana dengan suasana rumah
yang berbeda dari rumah-rumah lainnya. Berbeda juga dengan rumah keluarganya
yang terlalu normal, rumah seorang pegawa negeri dengan gambar Pancasila
lengkap dengan presiden dan wakilnya terpajang di ruang tamu. Lalu ada juga
kaligrafi arab yang menyesaki ruang tamu dengan warna yang terlalu mencolok dan
sebenarnya tidak serasi. Tapi ayahnya bersikeras jika tulisan arab akan
mengusir setan dari rumahnya.
Rumah
laki-laki itu penuh dengan lukisan, temboknya digambar besar. Seperti galeri
seni tetapi perabotan rumah membuat rumah itu tetap berfungsi sebagai rumah. Mereka
duduk di sofa hijau di depan televisi besar. Anak itu masih mengenakan jaket.
Matanya tak berani memandang laki-laki itu walau mereka sedang dalam
perbincangan. Laki-laki itu tak mau menunggu, ia mengalirkan hasratnya. Ia menangkap
tangan anak muda itu, dan tahulah ia sebenarnya dibalik jaket itu ia sedang
gemetaran. Laki-laki itu bertanya apakah anak muda itu baik-baik saja? Pertanyaan
basa-basi agar anak muda itu tak melawan. Dan benar, anak muda itu tak melawan
ketika tangannya menangkup di selangkangan laki-laki itu. Tangan anak muda itu
gemetar, tapi sebenarnya hal itulah yang ia inginkan selama ini. Menyentuh sesuatu
yang sama dengan miliknya, tetapi bukan miliknya. Anak muda itu menutup
matanya. Ia justru menemukan imajinasi liarnya. Keras dan panas. Ia pun
berakhir di sebuah ranjang.
Serigala
tak pernah memangsa dengan mudah. Ia dengan senang hati memainkan mangsanya
hingga ia menyerah. Seperti itulah yang laki-laki itu lakukan. Anak muda itu
tak tahu lagi ketika tubuhnya penuh sensasi. Rasa yang awalnya ia pertahankan
untuk tidak menikmatinya, tapi jebol juga karena kesadarannya lenyap. Laki-laki
itu tahu anak muda itu sedang tinggi, dan itulah saatnya. Dengan kekuatannya ia
membuat anak muda itu tak berdaya.
Terjadilah
apa yang diinginkan setan dan laki-laki itu. Ketika hasrat telah membuncah ia
melupakan kemanusiannya. Ia tak mampu mendengar, matanya telah buta. Hanya ada
satu hal di dalam pikirannya. Hanya ada kepuasan dirinya di dalam dirinya.
Ritual
itu telah selesai setelah benih-benih itu tercecer, di dalam dan di tubuh anak
muda itu. Setan sekejap lenyap. Ia pun turut puas. Baru kali ini laki-laki itu
tersadar bahwa anak muda itu sedang merintih, menangis.
Laki-laki
itu panik. Ia terdiam melihat anak muda itu terkulai lemas. Setan dan dia
adalah satu. Ia tersadar bahwa ia sebenarnya tak merasa kasihan atau mengasihi.
Ia membuka sebuah kotak di bawa tempat tidurnya. Laki-laki itu masih terampil
membuat simpul. Tak lama anak muda itu telah terikat tak berdaya. Anak muda itu
ketakutan tetapi tak berdaya melawan.
Laki-laki
dan setan adalah satu. Semua bukan suatu kebetulan. Anak muda itu terpilih
bukan suatu ketidaksengajaan. Anak muda itu ditakdirkan memainkan perannya. Suatu
peran bukan drama, atau bukan sekedar ritual, tetapi bagian dari puncak spiritual tertinggi. Laki-laki
itu memegang kemaluan anak muda itu. Ia tahu ia benar. Keras dan panas. Anak
muda itu telah memenuhi takdirnya.
Apakah
ada setan atau malaikat?