Alkisah seorang kepala negara yang terhormat dihadapan pada permasalahan pelik yang melanda negaranya. Sebuah krisis ekonomi akan segera menghantam negeri ini akibat keterbatasan sumber daya pangan. Sang kepala negara memanggil seluruh jajaran menterinya untuk mendiskusikan masalah tersebut. Tetapi hal itu sia-sia saja, jajaran menteri tidak memiliki ide sepeserpun untuk mencegah terjadinya krisis. Maklum, ijazah yang mereka miliki bisa dikatakan hanya formalitas saja.
SBY sadar bahwa dirinya tidak bisa menggantungkan solusi ini terhadap menteri kesayangannya. Ia pun meminta nasehat dari juru bicaranya yang sangat pandai menangani setiap maslaah menyangkut nama baiknya.
Di istana kepresidenan, SBY memanggil juru bicaranya di sela-sela waktu istirahatnya. Ia mengemukakan masalahnya mengenai krisis yang akan dihadapi oleh bangsanya. Setelah berpanjang lebar mengemukakan pendapat dan pertimbangan, celoteh singkat keluar dari jubir. Ia mengatakan, “Pergi saja ke UGM, disana tempatnya orang pintar”.
SBY pun tersentak, ia sadar bahwa ia tidak harus pusing tujuh keliling untuk memikirkan nasib bangsa sendiri. Ia memiliki para ahli yang belajar tekun di universitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh bangsanya.
Ia pun bergegas memerintahkan pengawalnya untuk menyiapkan semua transportasi dan akomodasi kepergiaannya ke Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berada di Yogyakarta. Pesawat kepresidenan segera didaratkan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk menerbangkan SBY ke UGM.
Satu jam dilalui SBY di udara untuk mengantarkannya ke Yogyakarta. Setelah mendarat di Bandara Adi Sutjipto ia bergegas menuju UGM dengan mobil tahan peluru yang dibelinya seharga 1 milyar itu. Polisi dikerahkan untuk memblokade jalan raya agar SBY sampai ke UGM dengan cepat walau harus membuat jalan raya macet.
Gerbang Boulevard UGM sudah terlihat, tetapi lesatan laju mobil kepresidenan beserta polisi pengawal dihentikan oleh sosok berseragam biru. Sosok biru itu adalah Satuan Keamanan Kampus (SKK) UGM. Ia meminta SBY untuk menunjukkan Kartu Identitas Kendaraan (KIK) untuk memasuki UGM. Tak ayal, SBY bingung dengan kartu identitas macam itu. SBY mengatakan bahwa ia tidak memiliki KIK dan membujuk SKK agar mengijinkannya masuk ke UGM untuk memecahkan persoalan bangsa.
SKK pun mengerti keadaan presiden dan ia memberikan alternatif lain, yaitu membayar Rp 2.000 untuk mobil kepresidenan yang akan memasuki kawasan UGM. Nasib buruk masih menaungi SBY, karena ternyata ia tidak membawa uang sepeser pun. Akhirnya SBY menyerah, Ia berpikir kalau saja ia tahu ada KIK di UGM, ia akan menyipakan uang Rp 2.000 terlebih dahulu sebelum pergi ke UGM.
SBY sadar bahwa dirinya tidak bisa menggantungkan solusi ini terhadap menteri kesayangannya. Ia pun meminta nasehat dari juru bicaranya yang sangat pandai menangani setiap maslaah menyangkut nama baiknya.
Di istana kepresidenan, SBY memanggil juru bicaranya di sela-sela waktu istirahatnya. Ia mengemukakan masalahnya mengenai krisis yang akan dihadapi oleh bangsanya. Setelah berpanjang lebar mengemukakan pendapat dan pertimbangan, celoteh singkat keluar dari jubir. Ia mengatakan, “Pergi saja ke UGM, disana tempatnya orang pintar”.
SBY pun tersentak, ia sadar bahwa ia tidak harus pusing tujuh keliling untuk memikirkan nasib bangsa sendiri. Ia memiliki para ahli yang belajar tekun di universitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh bangsanya.
Ia pun bergegas memerintahkan pengawalnya untuk menyiapkan semua transportasi dan akomodasi kepergiaannya ke Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berada di Yogyakarta. Pesawat kepresidenan segera didaratkan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk menerbangkan SBY ke UGM.
Satu jam dilalui SBY di udara untuk mengantarkannya ke Yogyakarta. Setelah mendarat di Bandara Adi Sutjipto ia bergegas menuju UGM dengan mobil tahan peluru yang dibelinya seharga 1 milyar itu. Polisi dikerahkan untuk memblokade jalan raya agar SBY sampai ke UGM dengan cepat walau harus membuat jalan raya macet.
Gerbang Boulevard UGM sudah terlihat, tetapi lesatan laju mobil kepresidenan beserta polisi pengawal dihentikan oleh sosok berseragam biru. Sosok biru itu adalah Satuan Keamanan Kampus (SKK) UGM. Ia meminta SBY untuk menunjukkan Kartu Identitas Kendaraan (KIK) untuk memasuki UGM. Tak ayal, SBY bingung dengan kartu identitas macam itu. SBY mengatakan bahwa ia tidak memiliki KIK dan membujuk SKK agar mengijinkannya masuk ke UGM untuk memecahkan persoalan bangsa.
SKK pun mengerti keadaan presiden dan ia memberikan alternatif lain, yaitu membayar Rp 2.000 untuk mobil kepresidenan yang akan memasuki kawasan UGM. Nasib buruk masih menaungi SBY, karena ternyata ia tidak membawa uang sepeser pun. Akhirnya SBY menyerah, Ia berpikir kalau saja ia tahu ada KIK di UGM, ia akan menyipakan uang Rp 2.000 terlebih dahulu sebelum pergi ke UGM.