![]() |
gambar dari google.com |
Waktu bergerak kedepan bersama dentangan jam dindingku. Sebuah pembabakan baru telah lahir bernama postmodern. Posmodern telah melewati zaman modern pada abad ke 16 yang ditandai dengan ditandai dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi Timur, penemuan Amerika oleh Christopher Columbus, dimulainya Zeitgeist dan reformasi gereja oleh Martin Luther.
Ada yang mengatakan bahwa zaman modern dimulai dengan lahirnya revolusi industry di Ingris dimana peran mesin semakin mendominasi kehidupan manusia. Setiap pembabakan baru memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Berbeda dengan zaman modern yang memeliki karakteristik teratur dan rasional, zaman postmodern menghadirkan karakteristik tersendiri yaitu sifatnya yang menolak keteraturan karena semua hal bersifat saling silang dan tanpa batas.
Jika kita mengaitkan kepemimpinan dalam setiap pembabakan zaman kita akan melihat karakteristik pemimpin yang berbeda-beda.
“Pada seluruh babakan sejarah dunia, kita akan menemukan manusia besar sebagai juru selamat yang niscaya di zamannya. Sebagai sambaran kilat yang tanpa itu bahan bakar tidak akan terbakar. Sejarah alam, sejarah apa yang telah dilakukan manusia di dunia ini, pada dasarnya adalah sejarah manusia besar yang telah bekerja disini.” (Thomas Carlyle)
Pemimpin dalam setiap zaman merupakan keniscayaan. Mereka menjadi simbol zaman dengan karakteristiknya masing-masing. Bisa dikatakan mereka adalah manusia besar yang berpengaruh besar atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di zamannya.
Di zaman modern kita melihat sosok pemimpin yang sangat hierarkhis. Mereka menjadi pemimpin karena memiliki jabatan strategis di dalam sebuah sistem. Sebut saja Martin Lutrher, Napolen Bonaparte, Imam Bonjol, R.A Kartini yang memiliki status tinggi dalam struktur masyarakat yang kemudian menjadi seorang pemimpin karena pemikirannya.
Bisa disimpulkan bahwa karakteristik kepemimpinan di zaman modern lebih hierarkhis, memiliki otoritas, dan beberapa pemimpin berada dalam keturunan orang besar. Jika diatas zaman modern berbeda dengan zaman postmodern, bagaimanakah karakteristik pemimpin di zaman postmodern?
Seperti yang disebuatkan diatas postmodern yang serba teratur ditolak karena dianggap menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan yang penuh dengan perasaan. Zaman ini menolak otoritas dan bahkan cenderung untuk melawan otoritas karena dipercaya membelenggu manusia untuk bebas.
Beberapa pemimpin yang lahir di era psomodern adalah Ahmadinejad, Barack Obama, Che Guevara, Hugo Chaves, Evo Moralez. Mereka adalah tokoh dunia dengan karakteristik yang berbeda-beda. Walaupun dengan gaya kepemimpinan mereka yang berbeda ada beberapa persamaan yang menjadi ciri pemimpin di era postmodern.
Post Modern menolak otoritas dan posisi otoritas dalam hubungan. Mereka tidak menyukai hirarki, dan cenderung melawan otoritas, mereka lebih cenderung berjuang bersama rakyatnya daripada menjadi simbol yang memiliki kelas tinggi diantara rakyatnya.
Kita bisa menyimak contoh dari pemimpin-pemimpin posmo yang dilahirkan atas perjuangan bersama dengan rakyatnya. Kebanyakan dari mereka menjadi simbol perlawanan atas sebuah otoritas kekuasaan yang menindas. Ketika mereka memimpin mereka lebih menyukai duduk bersama rakyatnya daripada menjadi simbol kekuasaan.
Walau secara formal memang ada hierarki, mereka mengakui bahwa hirarki adalah berkah dari ilusi efesiensi struktural, tetapi mereka paham bahwa hal itu adalah hasil dari model korporasi dan dunia teknologi.
Perjuangan mereka sebelum menjadi seorang pemimpin dan setelah menjadi seorang pemimpin tidak berubah. Mereka tetap bersanding dengan kawan-kawan perjuangannya dan membaur dengan golongan minoritas.
Posmodern, Kepemimpinan dan Perubahan Zaman
Timbul pertanyaan kenapa kita harus mempelajari karakteristik pembabakan zaman. Apa kaitannya dengan kepemimpinan di setiap zamannya? Zaman berubah seperti apa yang dicita-citakan oleh manusia-manusia besar dizamannya. Manusia yang tinggal di zamannya tentu saja harus belajar dari sejarah kemanusiaannya agar tidak tergilas oleh zamannya.
Karakteristik setiap zaman harus kita pelajari agar kita tidak menjadi obyek sejarah tetapi menjadi subyek sejarah yang turut serta dalam lahirnya peristiwa-peristiwa besar.
“Senjata Feodalisme dan Kapitalisme terutama Peluru dan Pedang. Senjata Proletar Industri ialah Agitasi, Mogok dan Demonstrasi. Sebulan Massa-Aksi di Indonesia sekarang lebih berguna dari 4 tahun Dipo NegoroIsme. Zaman Baru membawa Senjata Baru!”(Tan Malaka; Tokyo 1926)
Seperti yang dikatakan Tan Malaka kita membutuhkan senjata baru untuk menghadapi zaman baru ini. Senjata itu kita perlukan agar mampu bertahan hidup dari dinamika zaman bergerak sangat cepat dengan intrik dan tipu dayanya.
Seorang pemimpin di zaman postmodern juga harus memahami kondisi zamannya agar ia bisa menjadi manusia besar yang mengubah zamannya kearah yang lebih baik, bukan menjadi korban keganasan zamannya.
Saat ini kita hidup di zaman postmodern dengan berbagai karakteristiknya. Manusia besar yang saat ini kita kenal berjuang diatas prinsip dan cita-citanya bukanlah lahir secara natural. Mereka menjadi manusia besar karena memahami karakteristik zamannya dan menyesuaikan diri dengan zamannya.
No comments:
Post a Comment