Saturday, 6 October 2012

Uang "Sosial"



Matahari belum genap betul tenggelam di arah barat. Aku berpikir jalan-jalan sangat padat dijejali orang-orang yang pulang bekerja. Aku menunda pulang, membayangkan jalan yang penuh sesak sudah membuatku sakit. Entah kenapa emosiku gampang sekali terpacu, semangat kerjaku juga menurun. 

Aku menyeduh segelas teh untuk menemani dan duduk di ruang tengah bersama teman-teman yang masih tinggal. Mereka berbicara asyik menyinggung mengenai program-program pelatihan sedangkan aku terpaku dengan layar laptop bermain game sambil menguping pembicaraan mereka.

Aku tertarik dengan pembicaraan mereka mengenai uang transport dan per diem yang mereka peroleh ketika mengikuti suatu pelatihan. Temanku juga menanyakan per diem yang pernah aku peroleh ketika berangkat pelatihan di Jakarta. Seolah mereka mencoba untuk membandingkan.

Perbincangan terbawa kedalam guyonan ringan saja, tetapi ada hal yang membuatku risih. Batinku memberontak, apalagi ketika dikaitkan bahwa sangat manusiawi jika manusia membutuhkan uang. Sayangnya pengalamanku dengan uang membuatku sangat muak kadang. Ia lebih tabu daripada seks atau perdebatan mengenai agama.

Banyak selintingan yang mengatakan bahwa teman-teman komunitas hanya mencari uang di dalam tubuh komunitas. Aku tidak mempercayai itu sepenuhnya karena berpikir teman-teman memiliki sebuah visi personal untuk kemajuan pergerakan dan melakukan aksi nyata untuk memajukan komunitas.

Mengingat kata Ahmad Dahlah “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah”, dengan ketulusan perjuangan dan kerja keras Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi muslim terbesar di Indonesia. Aku kira kunci keberhasilan mereka terletak pada manusia-manusia yang berjuang di dalamnya. 

Aku masih ingat ketika bapakku mengajakku untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Mereka yang aktif adalah para sukarelawan bahkan mereka menyumbang apa yang mereka bisa berikan untuk kegiatan Muhammadiyah. Melihat perjuangan mereka adalah suatu hal yang luar biasa. Kuncinya adalah ketulusan, tekad dan harapan. Mereka menghidupi pergerakan dan mereka dengan hal itu.

Bukan bermaksud untuk membandingkan untuk mencari kelemahan-kelemahan pergerakan komunitas saat ini. Tetapi kita bisa belajar dari organisasi masyarakat yang sudah besar. Temanku pernah mengatakan bahwa tidak akan ada lembaga donatur lagi beberapa tahun lagi. Apakah perjuangan akan berakhir? Aku takut apa yang telah dimulai akan berakhir sia-sia.

Satu persatu teman-temanku pergi meninggalkan kantor. Hari sudah cukup gelap aku pun bersiap untuk pulang ke rumah.

Uang memiliki suatu misteri yang belum aku pahami. Ia memberikan kekuatan dan kegilaan yang tak bisa terbantahkan. Tetapi sudah saatnya kita menanamkan suatu pandangan bahwa kita tak bisa diperbudak oleh uang. 

Lebih baik aku pulang, aku semakin gila dan aneh saja.   

No comments:

Post a Comment