Saturday, 10 March 2012
Coretan Ekonomi Indonesia
Baru-baru saja pemerintah mengeluarkan pernyataan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sangat baik dilihat dari berbagai faktor. Statistik yang dipakai pemeirntah untuk membuat kesimpuan berasal dari data-data makro, seperti GDP, IHSG, nilai tukar rupiah,dll. Tetapi apakah tingkat pertumbuhan saja yang dibutuhkan oleh ekonomi Indonesia?
Saat ini Indonesia tidak hanya membutuhkan tingkat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga tingkat kekompetitifan Indonesia dalam mengahadap eknomi dunia. Dibutuhkan suatu pondasi yang kuat untuk menyokong perekonomian Indonesia agar terus berkembang dan mampu bersaing dengan negara lain.
Di dalam perekonomian suatu negara dikenal berbagai macam pelaku. Terdapat dua pembagian yaitu sektor formal dan informal. Sektor informal digambarkan sebagai sektor dimana industiy-industri besar bekerja sedangkan sektor informal adalah pekerja mandiri dimana terdapat industri-industri kecil.
Di negara-negara barat, perekonomiannya disokong oleh sektor formal karena terdapat banyak industry besar disana. Sebagian masyarakat juga mendapat penghasilan dari industri tersebut. Pertumbuhan ekonomi di negara barat dikatakan lemah apabila tingkat produksi industri semakin sedikit. Kebijakan ekonomi difokuskan untuk menyelesaikan permasalahan industri besar di negara tersebut. Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Mimpi menjadi negara maju masih menghantui Indonesia. Mata para ekonom masih tertuju pada negara-negara maju di barat. Bahkan kita masih mengadopsi beberapa kebijakan ekonomi yang diterapkan di negara-negara barat. Tetapi, apakah pola pikir Indoensia tersebut cocok diterapkan di Indonesia?
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah menganai kondisi negara Indonesia dengan negara maju. Terdapat perbedaan mencolok yang dapat kita lihat dari sektor yang menyokong perekonomiannya. Pada tahun 2009 saja, kontribusi UMKM bagi GDP sebesar 53%, dan pada tahun ini diprediksikan akan meningkat menjadi 60% hingga 65%.
Dapat kita lihat bahwa Indonesia disokong oleh sektor informal yang terdiri dari industri-industri kecil. Namun pelaku di sektor informal belum begitu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia. Padahal jika kita menengok kontribusi sektor informal bagi Indonesia, seharusnya pemerintah mulai mengarah pada sektor ini.
Kontribusi besar sektor informal dalam memulihkan perekonomian Indonesia ketika krisis tahun 1998 perlu menjadi pertimbangan. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Kondisi industri kecil yang rentan terhadap masalah juga harus diperhatikan oleh pemerintah.
Apalagi jika kita ingin mengatasi masalah pengangguran, pengembangan sektor kecil merupakan jalan yang tercepat dan mudah sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Yunus, pakar ekonomi dari Bangladesh, “Most important step to end poverty is to crate employment and income opportunity for the poor. Self-imployment is the quickest and easiest way to create employment for the poor”.
Perekonomian Indonesia, saat ini memang dinilai berdasarkan data-data makro dimana sektor formal berada. Padahal sektor informal menyumbang kontribusi besar bagi ekonomi Indonesia. Apabila Indonesia ingin mengukuhkan tingat kompetisi dengan negara lain, maka industri kecil adalah jawabannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment