Saturday, 10 March 2012

Karena Berpola Pikir Maka “Alien” Ada


Siapa yang ingin membicarakan korupsi, kasus pemenggalan TKW atau SMS dari Nazaruddin yang menghina presiden kita tercinta? Kita akan mendapati beragam opini mengenai kasus-kasus tersebut. Malah kasus-kasus diatas adalah repitisi dari kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya, namun tanpa kejelasan penyelesaian kasus tersebut.

Ada hal yang menarik bagi penulis atas munculnya beragam opini tersebut dan hal tersebut yang ingin penulis tekankan dalam tulisan ini. Perbedaan banyak dikatakan sebagai keindahan, namun kenyataannya berbeda. Perbedaan itu kadang memunculkan hasrat untuk saling bunuh-membunuh. Nilai toleransi yang kita pelajari waktu kelas 4 di sekolah dasar seolah hanya teori normatif tanpa penghayatan saja. Ia mengalir begitu saja tanpa ada bekas tersisa di benak manusia.

Manusia adalah benda berpikir menurut Descrates dan hal itulah yang membuat ia memiliki keberadaan. Keberadaannya berpikir disadari berbeda-beda atas pola pikirnya. Secara dangkal hal tersebut merupakan keindahan, walau kenyataannya justru teror yang ada. Keindahan itu berubah teror ketika apriori menjadi kacamata awal seseorang sehingga menutup mata obyektivitas berpikir dan kemudian pemaksaan kehendak mengikuti. Pelanggaran kebebasan manusia lain pun tak bisa terelakkan.

Sudah banyak darah yang tertumpah atas perbedaan ini, apakah kita masih terus ingin melihatnya mengalir saja. Imam Hasan Al Banna pernah mengatakan bahwa “Bersatulah pada hal yang kita sepakati, dan saling menghormati atas perbedaan yang ada”. Sudah seharusnya kita sendiri merubah pola pikir kita atas pola pikir itu sendiri.

Manusia memang diberikan anugerah berupa klaim atas kebenaran yang kita pikirkan. Bahkan ada yang berpendapat bahwa masyarakat adalah kumpulan manusia dengan kebenarannya sendiri. Konflik terjadi karena perbedaan dan kepentingan kelompok (vested interest) yang saling berbenturan.

Berawal dari suatu masalah, kemudian mata analisa bekerja menelisik suatu permasalah. Penilaian (judgement) atas masalah kemudian lahir mengikuti atas dasar analisa kita. Ada beberapa kesalahan berpikir menurut penulis. Pertama, kadang kita kita berhenti berpikir pada penilaian saja dan meniadakan latar belakang masalahnya. Pemahaman imparsial ini menurut penulis berbahaya, karena kita melihat dari kulitnya saja (cover) bukan esensi masalah.

Kedua, kadang kita tidak mau berpikir dengan pola pikir orang lain. Memang cara ini sangat sulit dipahami karena kita harus berpikir menggunakan pola pikir orang lain. Tetapi menurut penulis cara inilah yang cukup komprehensif untuk menilai sesuatu. Penulis tidak berkata cara ini murni obyektif. Bagiamanapun juga kita tidak bisa menempatkan diri kita menjadi orang lain secara utuh. Memang ada berbagai pertimbangan yang yang kita pakai, tetapi tetap saja tidak utuh.

Sebagai contoh adalah kasus penganiyaan Warga Ahmadiyah. Pemunuhan terhadap mereka adalah salah besar bagi penulis. Tetapi bukan berarti pembunuh dipandang sebuah salah besar atas terjadinya masalah tersebut. Mungkin kita akan menilai perbuatan anti ahmadiyah adalah salah, mungkin saja kita melakukan pemikiran imparsial karena kita hanya memandang hasil pola pikir kita. Kita menganggap bahwa mereka memiliki hak untuk memeluk agama mereka sendiri.

Kita juga berpikir tanpa menempatkan diri kita pada posisi warga anti ahmadiyah. Kenapa mereka rela membunuh warga ahmadiyah tersebut. Selain itu kita harus memperhatikan latar belakang masalah kasus tersebut yang meliputi analisis historis kasus itu.

Tulisan ini tidak akan menilai suatu kasus tetapi sebagai koreksi dan diskusi atas pola pikir kita. Bukan berarti kita tidak boleh menilai, justru kita hrus menilai tetapi dengan pola pikir dan pertimbangan yang baik.

Terinspirasi dari debat romantik ditengah gelapnya rumah akibat matinya listrik, padahal kami sudah membayar tagihan listrik secara tepat waktu. Tapi tulisan ini tidak akan ;ahir jika taka da kejadian ini, tidak ada juga panggilan alien yang muncul atas diriku ketika perdebatan selesai. Memang penulis sadar, apa yang saya tulis ini sedikit nyleneh dan berdampak dicapnya anda sebagai “alien”. Tapi penulis berharap jangan sampai Anda teralienasi, cinta bisa mengalahkan perbedaan.

No comments:

Post a Comment