Long Distance Relationship (LDR) menjadi
sebuah fenomena yang lazim saat ini dengan tumbuh pesatnya internet. Bagiku hal
tersebut tidak rasional, tetapi hal itu anggapan itu runtuh kemarin Sabtu, 16
Juni 2012 ketika kawanku (akhirnya) bertemu dengan kekasihnya yang berasal dari
Amerika.
Pagi itu aku harus bangun
pagi-pagi untuk menemani kawanku (sebut saja A) ke airport. Dia Nampak biasa
saja padahal aku sempat khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang
mungkin terjadi. Saya kira kekhawatiran yang tersirat diwajahku tidak ia baca
dengan seksama. Lagian dia juga nurut-nurut saja denganku.
Kami cukup bingung dengan keadaan
karena minimnya komunikasi antara kawanku dengan pacarnya (sebut saja B). Informasi
terakhir yang kami peroleh adalah si B telah sampai di Filiphina dan harus
menunggu sekitar 10 jam untuk penerbangan ke Jakarta. Ia akan tiba di Jakarta
tengah malam dan pergi ke Yogyakarta pagi harinya.
Aku pernah merasakan pergi keluar
negeri untuk pertama kalianya sendirian dan tiba di negara itu tengah malam. Perjalanan
yang mengejutkan dan membingungkan dan tidak akan pernah aku lupakan. Sama
halnya dengan si B, perjalanan ke Yogyakarta adalah perjalanan pertamanya ke
luar negeri.
Aku dan si A tiba di bandara
pukul 7 pagi dan sudah ada beberapa pesawat yang tiba. Kami melihat sekitar
tetapi si B belum nampak juga. Tidak tahu harus berbuat apa-apa akhirnya hanya
bisa menunggu saja dari arrival gate. Penumpang beramai-ramai keluar dari arrival
gate dan dari tumpukan punggung-punggung yang berjalan rapat aku melihat si B.
Walau aku belum pernah bertemu dengannya, tetapi aku sangat merasa yakin.
Kawanku si A tidak banyak berucap
sedangkan si B terus menyebut nama Tuhanya padahal setahuku dia itu atheis.
Tidak ada peluk dan cium yang ada hanya genggaman tangan, tetapi itu sangat
kuat aku rasakan.
Itulah awal dari sebuah pertemuan
yang dimulai dari hubungan LDR. Mereka dulunya jauh secara geografis dan
sekarang dua-duanya semakin dekat baik secara geografis dan perasaan. Mereka
sangat bahagia.
Hari ini aku sempat hang out
bersama si B, banyak sekali yang kita omongkan salah satunya terkait masa depan
hubungan si B. Aku lihat si B sangat serius menatap masa depan hubungan mereka.
Tidak main-main rencana pernikahan, green card hingga memiliki buah hati sudah
direncanakan serius. Aku sempat heran karena mereka baru 3 hari menghabiskan
waktu bersama.Saya kira masih banyak hal yang perlu dilalui untuk menempuh
hal-hal besar tersebut.
Tetapi kemudian aku berpikir
mungkin diriku saja yang terlalu takut menatap masa depan. Mereka masih muda
dan jenaka, tak pernah takut akan hal-hal kedepan yang belum pasti tetapi
mereka berani bermimpi jauh. Aku cukup bangga dengan mereka.
Semoga saja pertemuan ini adalah
awal semua mimpi mereka di masa depan, bukan hayal-hayal babu karena gairah
mereka yang tinggi. Aku? Aku hanya bisa berdoa dan bersemangat.
LDR? Ternyata itu bekerja untuk
kalian berdua dan saya kira semua hanyalah masalah waktu sehingga kalian bisa
hidup bersama kelak. Entah di Indonesia atau di Amerika atau dimana pun.
Ga masalah berfikir dewasa. Karena akan lebih menentukan jika saatnya tiba. Jelas kultur kita berbeda untuk dapat memilih perasaan secara terang-terangan. Umur segini aja kadang masih bingung mencari tujuan CMIIW
ReplyDelete