Monday, 25 June 2012

Sebuah Permulaan Cerita


Pada suatu hari yang cerah, Beaver buru-buru pulang pulang setelah kelas usai. Ia sangat antusias hari ini karena kawannya, Panda ingin berkunjung kerumahnya.

Sesampai dirumah ia membereskan isi rumah yang cukup berantakan. Ia duduk-duduk di depan TV menunggu tak sabar. Tiba-tiba Handphonenya bergetar, Beaver menerima sms dari Panda. Si Panda tidak tahu rumah Beaver dan minta di jemput dari tempat bermainnya. Segera Beaver meluncur menuju ketempat Panda.  

Beaver sampai di depan tempat bermain Panda namun ia tak melihat sosok Panda disana. Ia menghubungi si Panda melalui sms. Panda membalas cepat “tunggu sebentar” isi pesan singkat. “Aghrrr,…” gumamnya kesal. Padahal ia sudah buru-buru menjemput Panda, takut Panda terlalu menunggu lama.
Sesaat kemudian Panda muncul, ia melihat sekitar mencari Beaver sambil memainkan handphone.  Beaver menghampiri si Panda.

“Halo Panda” sapa Beaver hangat.
“Hi…” Panda hanya bermuka datar saja.
“Ada rencana mau kemana?” Tanya Beaver.
“Tak ada” sahutnya.
“Mau main kerumahku?” ajak Beaver, dia merasa tak bisa berbicara banyak dijalan.
“Oke” Panda mengiyakan.

Beaver dan Panda berangkat menuju rumah. Mereka tak banyak berbicara di perjalanan menuju rumah. Beaver lebih banyak bertanya dan Panda menyahut sesederhana mungkin. Beaver merasa cukup sedih karena sikap Panda yang cukup dingin, tetapi ia terus bercakap saja. 

Sesampai dirumah mereka duduk di sofa depan TV.

“Panda mau minum apa” Beaver menawari minum
“Kamu punya apa?”
“Ya sudah kamu lihat aja di dapur, ada apa”

Panda dan Beaver kembali duduk di depan TV setelah mengambil minum. Lagi-lagi Panda tak banyak bicara, ia lebih asik bermain remote TV. Kadang-kadang suasana hening ketika Beaver tak kehabisan akan untuk bertanya. Mereka duduk-duduk melihat TV hingga sore hari. Tiba-tiba Panda memecah keheningan.

“Sofa ini mirip seperti punyaku dirumah, jadi kangen rumah” Raut muka Panda sama sekali tak berubah, datar-datar saja.
“Memang rumah Panda seperti apa?” Beaver mulai antusis bercakap

Dan percakapan it terus berlanjut, es telah dihancurkan, Tanya, jawab, lelucon hingga cita-cita masa depan mengisi waktu-waktu yang bergulir pelan.

“Aku besok tetap ingin membahagiakan mama dan papa walau aku harus berkorban, untuk sekolah aku ingin sekolah seni karena aku suka menggambar tetapi sepertinya mama papa tidak suka”  Kata Panda menatap bebas dalam percakapan.

Beaver begitu terkesan dengan kata-kata Panda. Ia cukup senang berteman dengan Panda, bahkan kagum dengan cita-cita dan prinsip Panda. Beaver merasa Panda adalah orang yang cukup pintar dan suatu hari akan menjadi besar.

Matahari sudah lama tunduk pada bulan yang memberi kegelapan malam. Panda dan Beaver terus saja bercakap dan menonton TV. Tetapi Beaver merasa khawatir karena hari cukup malam walau sebenarnya Panda merasa biasa-biasa saja.

“Eh ini sudah cukup malam, Panda mau pulang?” Tanya Beaver
“Aku bisa tidak menginap disini, aku suka dengan sofa ini” Panda meminta
“Oke, disini juga ada beberapa kamar kalo mau, silahkan aja”
“Ga ah disini aja, tapi ajari dulu aku menggunakan remote TV ini”

Malam terus saja bergulir secara rutin, Panda dan Beaver tak peduli dengan lajunya waktu. Mereka cukup menikmati pertemuan ini. Walau mereka cukup tidak nyambung awalnya tetapi akhirnya mereka bisa bercakap banyak. Mereka bahkan merencanakan ide-ide kedepan. Awal yang berlanjut, malam menjadi semakin hangat untuk mereka.

No comments:

Post a Comment