Pada suatu hari yang cerah,
Beaver buru-buru pulang pulang setelah kelas usai. Ia sangat antusias hari ini
karena kawannya, Panda ingin berkunjung kerumahnya.
Sesampai dirumah ia membereskan
isi rumah yang cukup berantakan. Ia duduk-duduk di depan TV menunggu tak sabar.
Tiba-tiba Handphonenya bergetar, Beaver menerima sms dari Panda. Si Panda tidak
tahu rumah Beaver dan minta di jemput dari tempat bermainnya. Segera Beaver
meluncur menuju ketempat Panda.
Beaver sampai di depan tempat
bermain Panda namun ia tak melihat sosok Panda disana. Ia menghubungi si Panda
melalui sms. Panda membalas cepat “tunggu sebentar” isi pesan singkat. “Aghrrr,…”
gumamnya kesal. Padahal ia sudah buru-buru menjemput Panda, takut Panda terlalu
menunggu lama.
Sesaat kemudian Panda muncul, ia melihat
sekitar mencari Beaver sambil memainkan handphone. Beaver menghampiri si Panda.
“Halo Panda” sapa Beaver hangat.
“Hi…” Panda hanya bermuka datar
saja.
“Ada rencana mau kemana?” Tanya Beaver.
“Tak ada” sahutnya.
“Mau main kerumahku?” ajak
Beaver, dia merasa tak bisa berbicara banyak dijalan.
“Oke” Panda mengiyakan.
Beaver dan Panda berangkat menuju
rumah. Mereka tak banyak berbicara di perjalanan menuju rumah. Beaver lebih
banyak bertanya dan Panda menyahut sesederhana mungkin. Beaver merasa cukup sedih
karena sikap Panda yang cukup dingin, tetapi ia terus bercakap saja.
Sesampai dirumah mereka duduk di
sofa depan TV.
“Panda mau minum apa” Beaver
menawari minum
“Kamu punya apa?”
“Ya sudah kamu lihat aja di
dapur, ada apa”
Panda dan Beaver kembali duduk di
depan TV setelah mengambil minum. Lagi-lagi Panda tak banyak bicara, ia lebih
asik bermain remote TV. Kadang-kadang suasana hening ketika Beaver tak
kehabisan akan untuk bertanya. Mereka duduk-duduk melihat TV hingga sore hari.
Tiba-tiba Panda memecah keheningan.
“Sofa ini mirip seperti punyaku
dirumah, jadi kangen rumah” Raut muka Panda sama sekali tak berubah,
datar-datar saja.
“Memang rumah Panda seperti apa?”
Beaver mulai antusis bercakap
Dan percakapan it terus
berlanjut, es telah dihancurkan, Tanya, jawab, lelucon hingga cita-cita masa
depan mengisi waktu-waktu yang bergulir pelan.
“Aku besok tetap ingin
membahagiakan mama dan papa walau aku harus berkorban, untuk sekolah aku ingin
sekolah seni karena aku suka menggambar tetapi sepertinya mama papa tidak suka”
Kata Panda menatap bebas dalam
percakapan.
Beaver begitu terkesan dengan
kata-kata Panda. Ia cukup senang berteman dengan Panda, bahkan kagum dengan
cita-cita dan prinsip Panda. Beaver merasa Panda adalah orang yang cukup pintar
dan suatu hari akan menjadi besar.
Matahari sudah lama tunduk pada
bulan yang memberi kegelapan malam. Panda dan Beaver terus saja bercakap dan
menonton TV. Tetapi Beaver merasa khawatir karena hari cukup malam walau
sebenarnya Panda merasa biasa-biasa saja.
“Eh ini sudah cukup malam, Panda
mau pulang?” Tanya Beaver
“Aku bisa tidak menginap disini,
aku suka dengan sofa ini” Panda meminta
“Oke, disini juga ada beberapa
kamar kalo mau, silahkan aja”
“Ga ah disini aja, tapi ajari
dulu aku menggunakan remote TV ini”
Malam terus saja bergulir secara
rutin, Panda dan Beaver tak peduli dengan lajunya waktu. Mereka cukup menikmati
pertemuan ini. Walau mereka cukup tidak nyambung awalnya tetapi akhirnya mereka
bisa bercakap banyak. Mereka bahkan merencanakan ide-ide kedepan. Awal yang
berlanjut, malam menjadi semakin hangat untuk mereka.
No comments:
Post a Comment