Monday, 15 October 2012

Buku, Pesta, dan Cinta-ku: G-nite

Udara malam tak begitu dingin, aku baru saja pulang dari Panti Rapih mengantarkan temanku berobat. Aku tiba di rumah pukul 10 malam lalu segera mandi, melepas peluh dan penat. Setelah mandi aku melihat handphoneku, ada satu pesan dan miscalled. Belum sempat aku cek isi pesan, aku mendapat telpon dari Pedro.

Pedro belum lama tinggal di Yogyakarta, mungkin sekitar 3 bulan. Aku mengenal dia dari salah satu teman kuliahku. Pedro sangat tertarik untuk mengeksplore kehidupan Yogyakarta terutama dunia gay. Dia tinggal bersama dengan patnernya di Jogja, tetapi seolah ia tidak bisa leluasa.

“Hi Rastra, Where are you?”.

“I am at my house”.

“I am at Boshe at the parking area. Are you coming for the party tonight?”.

“Ah…Why you don’t tell me if you wanna come tonight. I will be there at eleven. My friends and I will meet there”.

“So you will come for one hour?”.

“Oke, I am going to boshe now”.

Segera aku mengganti pakaian dengan baju terbaik, sepotong jeans biru dengan kaos warna krem muda. Bukan dandanan populer tetapi aku cukup nyaman pakain ini. Aku merasa menjadi diriku sendiri.

Sesampai di Boshe aku segera memarkirkan motorku. Disana masih sepi, aku kira demikian karena biasanya teman-teman datang sekitar pukul 11 malam dan akan klimaks pukul 11.30 malam sebelum Guest List (GL) ditutup.

Aku tidak melihat Pedro diluar Boshe, ternyata dia sudah berada di dalam. Aku tidak langsung masuk karena harus menunggu teman-teman yang memakai GL-ku. Aku pergi ke Indomaret, tempat biasa kami berkumpul sebelum masuk ke pesta. Sebotol jus orange pulpy aku ambil dari kulkas. Aku duduk di luar dan mencampur jus itu dengan cognac yang aku bawa dari rumah.

Batang leherku tertarik kencang, hawa hangat merasuk perlahan ketubuhku. Aku mulai “naik” sedikit demi sedikit beriring dengan tegukan minuman oplosanku.

Pukul 11 malam Boshe sudah dikerumuni oleh anak-anak muda dengan dandanan terbaiknya. Beberapa temanku sudah datang. Kami memutuskan untuk masuk agar bisa mendapat meja. Alunan musik semakin terasa ketika aku berjalan masuk ke ruang utama. Hatiku berdegub kencang menyesuaikan beat lagu-lagu yang dimainkan. Langit-langit dipenuhi bintang warna-warni yang bergerak memenuhi ruang. Alangkah meriahnya malam ini.

Pedro dan temannya duduk di sebelah kiri stage, beberapa botol sudah terhidang di atas meja. Botol berkelas dengan beberapa botol beer, Pedro cukup berkelas dengan gaya hidupnya. Aku menyambutnya dengan pelukan dan ciuman.

“Hai, just two of you coming tonight?”.

“Yes, just two of us. How’s your life going?”.

“I am good, just busy to do program at my office. Usual things”.

“This if for you”. Pedro menawarkan sebotol bir mix max padaku.

“Thanks”. Aku memeluknya sebagai tanda terima kasih.

“Why you don’t text me if you wanna go here?”. Aku bertanya dengan muka heran.

“Well, we just go here”.

“Usually my friends and I come here at 11 pm. We go together. So, if you wanna go, we go together next time”.

“Sure, we come together next time”. 

“Well, enjoy the nite”. Aku beranjak dari tempat duduk dan pergi ke gerombolan temanku yang sedang asyik berdansa.

Malam ini cukup ramai karena Event Orginizer (EO) yang mengonsep acara, Popcorn, merayakan ulang tahunnya yang keempat. Game, sexy dancer dan drag queen mengisi acara dengan cukup meriah walau terlihat tanpa konsep yang jelas.

Aku melihat beberapa teman mulai berdatangan, seolah hampir semua temanku datang ke pesta malam ini. Dari kerumunan aku melihat sosok yang tak asing bagiku. Jack datang, sebuah kejutan bagiku. Aku segera menyapanya.

“Hi, you are coming tonite!”. Sapaku.

“Yes, I won’t miss the party tonight. I buy beer please join the table with me!”. Dia berbicara dengan aksen kakunya. Terkesan seperti aksen Rusia.

“Sure, kewl!”. Kami segera menuju meja.

“You look fater now”.

“I am happy!”.

“Everything oke with you and your husband?”.

“Yes, we are quite busy to manage the house. How about your life?”.

“We have some guest in the weekend, just busy with it”.

“You have good business then”.

“Ya..everything alright. Where is your husband?”.

“He doesn’t like to go to g-nite in Jogja. He prefer go to party in Thailand”. Aku tertawa.

Aku sangat suka dengan sosok Jack, perawakannya tinggi, tegap dan besar namun ia membawakan dirinya sangat santai. Pikirannya cukup terbuka sehingga aku bebas berdiskusi dengannya. Kami mengobrol panjang lebar. Kadang aku harus berteriak ke telinganya karena suaraku kalah dengan dentuman musik yang sangat keras.

Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Dia sibuk dengan bisnis yang ia kelola dengan patnernya. Malam ini patnernya sedang berada di Singapura, aku berharap bisa lebih dekat dan intim dengannya malam ini. Tetapi aku ragu, kami hanya sebatas teman saja, lagipula patnerku dan dia cukup dekat.

Suara peluit dibuyikan dengan ritmis unik dan runtut. Itu adalah tanda dance floor akan segera di gelar. Aku beranjak dari kursi dan berdiri berjoget mengikuti musik yang dimainkan oleh DJ. Aku sempat kecewa dengan DJ karena ia tidak membawakan musiknya dengan bagus. Perpaduan musik yang aku kira kurang pas.

Pedro menghampiriku yang sedang asyik berjoget dengan teman-temanku. Dia ingin pulang karena besok paginya harus bekerja. Aku memeluk dan menciumnya sebagai tanda perpisahan. Aku melanjutkan berjoget di depan stage yang mulai ramai.

Ketika aku sedang asyik berjoget, rangkulan tangan dari belakang menerkamku tiba-tiba. Aku membalikkan badan. Ternyata itu adalah Pedro, dia memeluk dan menciumku.

“I thought you are going home”.

“I wanna stay lil bit longer. I am lonely in the house. It always noce to be with you”.

“I like you”.

Kami semakin erat berpelukan dan berciuman. Kami tak peduli dengan orang sekitarku. Aku tak peduli omongan anggapan orang. Persetan dengan kucing, pelacur atau label lainnya yang bisa saja tersemat kepadaku. Aku cukup senang malam ini dan aku tidak menganggu orang lain. Kami melakukannya tanpa paksaan satu sama lain. Inilah kehidupan liberal yang ideal aku kira.

“I think I have to go now”. Pedro mulai melepas pelukannya kepadaku.

“So sad, I will miss you”. Rayuku.

Pedro segera menghilang dalam kerumunan. Aku tak begitu peduli dengan kepergiannya, masih ada temanku yang menemaniku disini. Aku melihat Jack sedang memeluk lelaki muda, bermesraan dan berjoget bersama. Kami saling menatap mata, aku tersenyum kepadanya. Dia melepas pelukannya dan pergi menghampiriku. Aku melemparkan senyumanku, dia memelukku dan menciumku.

“Who’s that guy?”.

“He just my friend”. Kataku acuh.

“We sleep together sometime, I ll fuck you!”. Dia semakin erat memelukku.

“Sure!”.

Kami tak tak bisa lepas dari pelukan yang dipenuhi oleh nafsu. Aku merasa damai bersandar kedalam bahunya. Aku tidak memikirkan apapun hanya ingin menikmati waktu saat ini. Aku sebenarnya sangat menginginkan Jack, tetapi aku sadar bahwa aku dan dia sudah memiliki patner masing-masing.

Inilah G-nite, ketika keinginan-keinginan yang terbalut tabu kita pendam erat-erat, semua luruh seketika. Seperti mimpi? Aku kira demikian karena aku tak tahu apa yang akan terjadi selepas pesta. Siapa yang tahu kalau janji dan rayuan akan terpenuhi. Aku sendiri tidak terlalu berharap. Percuma untuk berharap untuk mimpi, nikmati saja layaknya pesta. 

***

No comments:

Post a Comment