Hujan mulai turun di pertengahan
bulan Oktober, itu tandanya hujan datang lebih awal dari perkiraan kami. Bagi
kebanyakan orang, datangnya hujan memberikan penyegaran atas kerontang yang
dibawa kemarau, tetapi bagiku adalah sebuah tangisan.
Orang bisa saja terlelap nyenyak
bersama hujan, tetapi aku tak bisa tidur. Aku tidak takut hujan, tetapi itu
membuatku merasa sangat dingin dan sepi. Sempat berpikir mengenai neraka yang
aku yakini adalah suatu hal diluar pikiran manusia jadi kenapa harus dipikirkan
oleh manusia. Tetapi rasa itu tiba-tiba muncul begitu saja. Bayangkan jika kita
tertidur pulas dan tidak terbangun kembali. Apa yang terjadi? Sementara aku
bukan pemeluk agama yang teguh. Neraka kah jawabannya? Bulu kudukku berdiri
membayangkan “neraka”, aku menjadi risau.
Beberapa hari setelah aku
terbayang oleh neraka aku mulai yakin bahwa di tengah permainan ini manusia
hanya bisa memainkan perannya dalam batasan aturan yang ada. Jadi aku mencoba
menikmati kehidupan yang tengah aku jalani. Seperti sistem-sistem yang lain, reward dan punishment adalah hal yang wajar. Tetapi betapa indahnya jika aku
bisa bertemu dengan surga.
Para..para..paradise.
Begitulah lagu yang sering aku
dengarkan akhir-akhir ini. Menyenangkan dan menimbulkan tanda tanya besar akan
adanya surga.
Kawan karibku pernah berkata
surga adalah tempat dimana kita tidak pernah bosan dan semua birahi bisa
terpenuhi disana. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan disana. Aku
membuka gambar-gambar di google
mengenai surga. Surga tergambarkan sebagai taman penuh warna, suatu warna
menyenangkan dengan aliran sungai dan bunga-bunga yang tak pernah kita lihat di
bumi.
Semua yang indah, tempat dimana
nafsu-nafsu terpenuhi membabi buta, apa yang kurang? Kebahagiaan, apakah aku
akan berbahagia disana? Lalu apakah kebahagiaan itu bagiku?
Semalam aku melihat sebuah film
berjudul “vanila sky”. Film itu menceritakan mengenai mimpi seorang eksekutif
muda yang hidup dengan kehidupan flamboyannya. Suatu hari mengalamai kecelakaan
tragis yang membuat hidupnya berubah drastis. Dulu dia dalah sosok yang sangat
tampan, namun kecelakaan memberikan luka yang mengerikan. Dia tidak mampu untuk
hidup di dunia nyata dan akhirnya dengan teknologi “Lucid Dream” dia dibawa ke
mimpi buatan di alam mati surinya.
Mimpinya adalah gambaran dunia yang
berbeda dengan kehidupan nyatanya. Mimpiny adalah sesuatu yang ia inginkan. Sosok
Sofia adalah salah satu hal yang ia inginkan namun tidak ia temukan di dunia
nyata. Sofia menjadi poros kehidupan dan sumbu kebahagiaan bagi hidupnya. Sofia
adalah arti kebahagiaan baginya. Bagiku?
Aku melihat foto di samping atas rak
buku di kamar atas. Foto lama yang hanya tertempel di tembok, aku melihat
senyum lepasku. Dua orang memelukku dari sisi kanan dan kiri. Jika diingat itu
adalah momen yang terindah bagiku. Mendaki gunung bersama sahabat terdekat,
mencapai puncak, melihat sunrise.
Tetapi dipeluk oleh kedua orang itu adalah hal yang jauh berbeda.
Apa yang lebih indah daripada memeluk
sahabat terbaik di kananmu dan memeluk manusia besar di sebelah kirimu. Bersama
mereka aku tidak terlalu merisaukan masa depan, sebuah rumah yang semakin jauh
aku rengkuh. Waktu tak bisa terukur dengan uang jika bersama mereka.
Kini semua hanya mimpi saja,
sofia untukku. Aku masih berandai-andai memiliki kesempatan itu sekali lagi. Tetapi
bagaimana mungkun, mengatakan rindu saja aku tidak mampu. Lebih baik aku
berlari ke dalam mimpi saja. Dunia dimana sofiaku berada.
No comments:
Post a Comment