Thursday, 12 September 2013

Untuk Benjamin



Dalam gelap gulita kurasakan dirimu merangkak menuju ranjangku. Aku terlalu malas untuk membuka mata, tetapi kurasakan dirimu bersanding di belakang punggungku. Ku berbalik ke arahmu dan mengalungkan tanganku ke padamu. Kurasakan gundah dari desahanmu. Ada apa denganmu akhir-akhir ini?

Kubaca matamu akhir-akhir ini yang setengahnya suram, sisanya tanda tanya. Jika saja aku mampu memahami bahasamu sehingga tak perlu menerka isi pikiramu, aku akan bersedia menyelam ke dalam semua anganmu. Tetapi inilah kita yang hidup di satu bumi, beda dunia.

Masih kuingat ketika kita berjalan di taman anggrek, salah satu tempat yang membuatku ingat akan keindahan dan ketenangan. Tetapi kurasakan kau tidak merasa serupa denganku. Kegelisahan mendalam, itukah sepi yang kau rasakan?

Warna-warni bunga dan suara alam kau palingkan dan kau lebih menikmati kegundahanmu. Dan waktu itu kita segera pergi dari tempat itu saat matahari tenggelam di langit sore yang kelam.

Suara malam hening mengisi ruang-ruang rumah kita. Kini hanya kita berdua di makar. Aku memelukmu lebih erat, sejenak kau menikmatinya tapi dirimu segera meronta dan memberontak. 

Aku memang bukan dia yang dulu pernah bersamamu. Jika kau tahu aku pun merindunya. Tidakkah kau bisa menikmati malam ini berdua saja. Tanpa dia yang selalu di angan kita. 14 September kita akan mengenang semua memori dan membakarnya satu-satu. Dan semoga yang tersisa hanya abu dan kita berdua saja.

No comments:

Post a Comment