Saturday, 10 March 2012
Berantas Kapitalisme Medik
Beberapa hari saya dikejutkan ketika membaca sebuah artikel dalam situs berita di internet yang menyebutkan bahwa seorang ibu dan anaknya terpaksa ditahan di rumah sakit karena tidak mampu membayar biaya rumah sakit. Sudah jatuh tertimpa tangga, ketika keluarga menghadapi masalah karena salah satu anggota keluarga mereka sakit, mereka juga harus terbebani dengan biaya rumah sakit yang mahal. Disisi lain Indonesia menduduki angka kematian ibu yang cukup tinggi yaitu 200:100.000.
Fenomena diatas adalah salah satu dari sekian catatan memilukan yang terjadi di Indonesia. Masih banyak cerita yang memenuhi catatan buruk dunia kesehatan di Indonesia. Padahal kesehatan, pendidikan, pangan merupakan hak setiap warga negara sehingga pemerintah wajib memenuhinya.
Namun jika kita melihat perkembangan dunia kesehatan di Indonesia, kita cukup optimis karena sistem yang ada mulai melirik kepada kepentingan rakyat kecil. Dibawah Ibu Siti Fadilah, beban rakyat mulai berkurang dengan beberapa kebijakan seperti Jamkesmas.
Mungkin kejadian-kejadian yang memilukan diatas masih terjadi karena Indonesia masih berproses. Tetapi bukan berarti kita harus menunggu lama untuk menciptakan sistem kesehatan yang baik. Kita harus segera melakukan pembenahan terhadap sistem tersebut, karena hak mendapat pelayanan kesehatan tidak boleh tertunda.
Ada tiga hal yang harus dibenahi oleh Indonesia, yaitu sistem pembiayaan, sistem kesehatan dan etika dokter. Tiga hal tersebut merupakan interelasi sehingga pembenahan harus dilakukan secara komprehensif, bukan parsial.
Sistem pembiayaan masih harus dirapatkan karena masih memungkinkan terjadi korupsi dan peyimpangan. Bahkan di dalam dunia kesehatan tidak sistem ayng mengatakan terhadap standar baku biaya ke dokter. Tetapi kenyataannya ketika kita harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal jika harus pergi ke dokter. Itupun tergantung ke dokter apa dan didaerah mana. Semua berbeda-beda.
Saat ini anggaran APBN untuk rumah sakit sekitar 3,6 T sedangkan puskesma 1,6 T. Dana tersebut tidak secara langsung diberikan kepada Rumah Sakit atau Puskesmas sehingga memungkinkan terjadi korupsi. Pada tahun lalu saja terdapat deficit sekitar 1 T untuk pembiayaan karena korupsi. Pernah ada usulan untuk menyalurkan langsung, tetapi ditolak mentah-mentah oleh DPR.
Kapitalisme Medik!
Dampak dari sistem pembiayaan yang kurang baik berakibat dari sistem kesehatan yang money oriented. Rumah sakit dituntut untuk memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik. Apabila dana yang mereka dapat dari pemerintah sedikit maka pihak rumah sakit terpaksa membebankannya kepada pasien.
Indikasi yang paling mudah dilihat adalah mengenai pembagian kluster (ruang pasien) berdasarkan kemampuan finansial pasien. Di Belanda pembagian kluster bukan berdasar uang, tetapi tergantung dari penyakit yang diderita oleh pasien.
Saat ini kita juga melihat masih terjadi kekurangan fasilitas kesehatan, terutama di daerah pelosok. Selain itu akibat terbatasnya tenaga medic maka sistem pengasawan dan pelayanan terhadap pasien kurang maksimal.
Di sisi etika, seorang dokter harus dipertanyakan pengabdiannya terhadap masyarakat. Berdasarkan sumpah dokter, jelas bahwa profesi seorang dokter adalah abdi masyarakat bukan profesi yang benefit. Namun kenyataannya sosok seorang dokter lebih dikenal sebagai manusia kelas atas.
Ketika memasuki pendidikan SI dokter saja, mereka harus mengeluarkan banyak biaya banyak, itu belum biaya pendidikan spesialis. Hal tersbeut membuat banyak dokter yang bersikap pragmatis, orientasi mereka berubah karena harus mengembalikan modal yang telah dikeluarkan.
Tingkah dokter yang tidak beretika juga masih banyak kita temui, misalnya kerjasama dokter dengan bidan atau asistennya. Mereka seolah membentuk jaringan MLM, dimana bidan/asisten bertindak sebagai pencari pasien.
Kerjasama antara dokter dengan perusahaan farmasi juga perlu dicurigai. Banyak perusahaan farmasi yang menawarkan bonus bagi seorang dokter yang mampu memenuhi kouta penjualan obat. Dampaknya seorang dokter terpacu untuk menjual obat tersebut walaupun seorang pasien tidak membutuhkannya.
Masih banyak borok dunia kesehatan Indonesia yang harus diobati. Perubahan harus dilakukan melalui pembenahan sistem kesehatan yang meliputi 3 hal diatas. Jika sistem kesehatan Indonesia saat ini mengacu pada sistem kapitalis, seperti Singapura. Maka Indonesia harus keluar dan mencontoh sistem-sistem yang lebih manusiawi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment