Wednesday, 19 September 2012

Sophee: Yogyakarta; Komunitas dan Cinta Baru



Tinggal di Yogyakarta semakin alam aku semakin cinta dengan kota pelajar ini. Jauh dari orang tua menjadi tantangan sendiri untukku untuk mandiri. Namun dibalik tantangan untuk hidup mandiri, kebebasan memberikan banyak pilihan untukku. 

Aku sedikit demi sedikit mengetahui bahwa aku berbeda dari perempuan lainnya. Aku yakin aku pernah jatuh cinta dengan perempuan dan akan jatuh cinta dengan perempuan lagi.

Berangkat dari jejaring sosial Facebook, aku bertemu dengan teman-teman senasib. Kami kadang berkumpul di kafe 24 jam yang terletak di selokan mataram atau Kafe Sungai Susu di utara Ambarukmo Plaza.

Rutinitas kuliah yang cukup padat dan tugas yang menumpuk kadang membuatku jenuh. Akhir pekan benar-benar menjadi  sebuah perayaan atas kerja keras yang telah aku lakukan. Rencananya malam ini aku dan teman-temanku akan hang out di Ayam Goreng Kentaki, tak jauh dari Tugu Yogyakarta.

Jam tanganku menunjukkan pukul 7 malam, nada pesan BB berbunyi. Aku cek segera BBM, pesannya singkat.

“woy lu dmn? Kt dah nunggu km” BBM singkat dari Icha.
Icha adalah panggilan kami untuknya. Perempuan asli jogja ini sangat cantik, rambutnya panjang terikat rapi. Tidak hanya cantik, ia sangat ramah juga. Saat ini Icha masih kuliah di akademi keperawatan.
“otw KFC” balasku singkat sambil tersenyum. Aku sangat antusias bertemu dengan teman-teman baruku di Jogja.

Aku segera bergegas mengunci kos dan berjalan menuju kos teman yang tak jauh dari kos ku di daerah Karangmalang. Setibanya di kos temanku, aku melihat dia juga sudah siap untuk berangkat.

“Lu udah siap, Lita?” tanyaku memastikan. Lita adalah perempuan kelahiran Jakarta, ia menyelesaikan studinya di jurusan komunikasi. Saat ini bekerja sebagai marketing manager di sebuah agen pariwisata di Yogyakarta.

“Iye, udah, yuk berangkat. Kamu bawa helm kan?”
“Ini, yuk berangkat” aku menunjukkan helm yang aku bawa

Dari Karangmalang ke Ayam Goreng Kentaki tidak begitu jauh, hanya membutuhkan sekitar 15 menit dari kosku. Disana teman-temanku sudah berkumpul.
“Ah kalian mesti telat datangnya” Icha seolah kecewa
“Iya nih, Lita dandan mulu dari tadi, jadinya telat”  Dalihku
“Kurang ajar lu ya, guwa nunggu lu datang ke kos guwa” balas Lita

Kami duduk di sofa panjang yang berada disisi luar. Banyak sekali orang yang nongkrong di akhir pekan ini.
“Eh lu serius amat” Lita menyapa Rahma yang sibuk membaca bukunya.
“Ah..engga juga kok, cuma mau selesein halaman terakhir aja” Balas Rahma sambil menekan kacamatanya. Rahma adalah perempuan asal Malang, dia adalah sukarelawan dalam sebuah LSM yang bergerak di bidang advokasi perempuan.

“Eh bro..kenalin temanku guwa, namanya Eka” sela Icha memperkenalkan temannya yang duduk disampingnya. Eka adalah perempuan asal Medan, tubuhnya ramping, rambutnya dipotong spike . Saat ini bekerja di salah satu perusahaan desain grafis di Jogja.
“Halo Eka, salam kenal” aku menjabat tangannya.
“Hi..”jawabnya singkat 

Kesan pertaa bertemu dengan Eka, dia adalah sosok yang dingin dan kaku. Tetapi lama kelamaan kami bisa berbicara panjang lebar. Eka punya banyak pengalaman dari hidupnya yang keras. ia sudah hidup mandiri setelah lulus SMP, kedua orang tuanya bercerai dan tak ada yang mengurusnya selain kedua kakek-neneknya. 

“Sof, kamu pernah modeling belom?” Tanya Eka
“Eh modeling? Model apa?” tanyaku penasaran
“Ya…..jadi model apa aja”
“Sofi mah cocoknya jadi model popok bayi, lihat aja mukanya yang unyu gitu” Icha mencubit pipiku yang tembem.
“Ah apaan sih Icha.”  
“Menarik juga sih, tapi ya belum pernah sama sekali” jawabku
“Ah itu gampang, nanti aku hubungi kamu lebih lanjut ya”
“Oke ditunggu lo ya” aku mengurai senyum tipisku
“Cie cie..” seru Icha dan Lita

Walau hari sabtu adalah penghujung minggu. Tetapi bagiku malam minggu bisa menjadi malam dimana kisah-kisah akan dimulai. Malam minggu bagiku sangat menyenangkan.
***

Jika kelas usai dan aku tak ada tugas kuliah, biasanya aku pergi main ke rumah Icha. Disana teman-teman berkumpul untuk menghabiskan waktu atau curhat mengenai masalah yang sedang dihadapi. Hari ini aku pergi ketempat Icha, bukan untuk menghabiskan waktu bersamanya tetapi menunggu Eka yang katanya mau mengajak aku main-main di studionya.

Ketika aku sedang asyik mengobrol Icha, Eka datang mengetuk pintu yang terbuka. Ia mengalihkan perhatian kami. 

“Halo semua, lagi asik ya?” Eka menyapa
“Enggak kok, lagi nungguin kamu, nih Sofi udah ga sabaran” Icha menggoda. Aku hanya diam saja, tersipu malu menanggapi Icha. Eka hanya bisa tersenyum tipis.
“Kamu udah siap?” taya Eka
“Yuk berangkat” jawabku
“Aku berangkat dulu ya, Cha” aku pamit kepada Icha
“Iya, have fun ya!” serunya menyemangati.

Aku pergi bersama Eka menuju studionya yang berada di Jalan Moses Gatotkaca, selatan Universitas Sanata Dharma. Studio yang dimiliki Eka tidak begitu besar, namun studionya tertata rapi. Warna putih mendominasi desain studio dengan pajangan foto-foto model dan produk di dinding-dindingnya.

“Coba deh kamu ganti baju sama temenku, dia paling jago kalo urusan gituan” pinta Eka. Aku mengikuti temannya menuju ruang ganti. Setelah selesai aku segera menunjukkan penampilanku kepada Eka.

“Cantik kan bang?” aku berputar dengan gaun pendek warna biru.
“Iya kamu sangat cantik sekali” Eka tersenyum manis.
“Sekarang Sofi kedepan ya, nanti aku kasih tahu gerakan modelnya” pinta Eka. 

Sesi pemotretan berlangsung sangat menyenangkan, canda dan tawa mewarnai sesi pemotretan. Ini adalah pengalaman modeling pertamaku. Walau demikian Eka berkata bahwa aku cukup berbakat menjadi seorang model. 

Seusai pemotretan Eka mengajak aku makan malam di Kafe Musik Sagan. Tempatnya sangat romantis, beberapa meja terletak di bagian luar. Taman kecil mengelilingi meja-meja yang dihiasi lilin. Kami segera memesan makanan setelah waiter memberikan menunya kepada kami.

Sembari menunggu makanan diantar, kami saling tukar cerita. Eka yang dulunya terlihat kaku, sekarang perlahan berubah menjadi sosok yang sangat komunikatif dan ceria. Aku mulai merasa nyaman ketika berada disampingnya, banyak hal yang bisa aku ceritakan kepadanya.

Aku suka bercerita mengenai pengalaman sehari-hariku sedangkan Eka bercerita mengenai pekerjaan dan kisah teman-temannya. Namun malam ini ada hal yang berbeda ketika Eka tiba-tiba memegang tanganku dengan mesra.

“Sofi, ada yang ingin aku omongkan malam ini” Eka memandang kedua mataku. Aku diam saja tak berkutik, mulutku terjahit rapat, detuk jantungku berpacu semakin cepat.
“Aku suka kamu Sof, sejak pertama kali ketemu di Ayam Goreng Kentaki aku sudah jatuh hati. Kamu sangat berbeda dimataku dan hatiku”  paparnya pelan
“Sofi mau ga jadi pacarku?” Eka bertanya. 

Tangannya semakin erat menggenggam tanganku. Aku tak bisa berpikir banyak malam itu. Aku juga tak memiliki alasan untuk menolaknya. Dari hati kecilku aku ingin merasakan kembali apa yang pernah aku rasakan bersama Kiki, dulu.

“Bang, iya” aku menyiratkan senyum samar kepadanya. Rasanya bercampur aduk, antara senang dan cemas.

Setelah makan malam, Eka mengantarkanku pulang ke kos. Perjalanan terasa sangat lama, aku memeluk ia erat. Kami tak banyak berbicara di dalam perjalanan. Tak ada ciuman malam itu, hanya panggilan “sayang” yang ditujukan kepadaku saat Eka berpamitan pulang.

------------------------------------------bersambung kembali----------------------------------------------

No comments:

Post a Comment